Poin-poin Utama:
- EUR/USD akan semakin berisiko, jika spekulasi QE ECB semakin kuat akibat lemahnya data inflasi
- Para anggota ECB berpandangan optimis bahwa data pada bulan April akan lebih baik. Mengapa demikian?
- Pentolan ECB, Draghi dan Constancio, dikejutkan oleh lemahnya data inflasi pada bulan Maret
- ECB mulai mempertimbangkan kemungkinan pelonggaran kuantitatif
Dalam pertemuan ECB di bulan April ini, EUR/USD dan Euro mengalami fase-fase pelemahan akibat adanya komentar dari Presiden ECB, Mario Draghi. Ia menyebutkan bahwa Pelonggaran Kuantitaif (QE) "ala Eropa" masih didiskusikan oleh dewan ECB. Satu hal yang jelas dari fenomena ini adalah, program pelonggaran hanya akan diterapkan apabila ECB merasa memang membutuhkannya secara mutlak.
Pertanyaannya, kondisi yang seperti apakah yang dianggap mutlak membutuhkan QE? Hal itulah yang akan menjadi perdebatan hangat di pasar, setidaknya selam 8 minggu ke depan. Terlebih lagi jika inflasi bulan April dan Mei masih belum mencapai target dan ekspektasi. Berikut ini adalah grafik CPI Zona Euro tahun ke tahun (year-on-year) dari Januari 2013 hingga Maret 2014:
Minyak mentah Brent ICE yang biasanya terdongkrak pada pada bulan Maret, justru tercatat telah menurun sebanyak 3% secara tahunan. Apabila keadaan rendahnya level harga energi seperti demikian terus berlanjut menjadi hingga bulan April dan Mei, maka Zona Euro harus bersiap-siap menghadapi kemerosotan level harga yang lebih dalam lagi.
Para pejabat ECB telah mengutarakan pernyataan "keterkejutannya" atas lemahnya data inflasi bulan Maret. Dan menurut hasil Studi Rata-Rata Lima Tahunan, diperkirakan keadaan inflasi Zona Euro masih belum membaik di kuartal kedua tahun 2014.
Melihat dari korelasi antara metrik ICE Brent dengan CPI (inflasi) pada grafik di bawah ini, tampak bahwa untuk periode April dan Mei pergerakan grafik cenderung turun. Dengan berbekal pengertian bahwa pergerakan harga minyak mentah ICE Brent senada dengan inflasi, maka peluang adanya kenaikan harga pada bulan April-Mei, diperkirakan akan sangat kecil.
Kendati telah mengendur, dampak dari konflik antara Rusia dan Ukraina memang masih berpotensi menaikkan harga gas alam. Tetapi, perlu diingat juga bahwa wilayah Eropa akan memasuki musim panas. Cuaca yang lebih hangat biasanya mengurangi kemungkinan melonjaknya harga gas alam.