EUR/USD 1.077   |   USD/JPY 153.410   |   GBP/USD 1.255   |   AUD/USD 0.662   |   Gold 2,309.44/oz   |   Silver 27.17/oz   |   Wall Street 38,675.68   |   Nasdaq 16,156.33   |   IDX 7,150.90   |   Bitcoin 64,031.13   |   Ethereum 3,137.25   |   Litecoin 81.38   |   Edwin Soeryadjaya diam-diam kembali beli saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) sebesar 2.05 juta lembar, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. (JTPE) mencatatkan pertumbuhan pesanan pembuatan E-KTP pada kuartal I/2024 hingga 13.5 juta unit, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Nusantara Gemilang Tbk. (CGAS) membukukan pendapatan sebesar Rp130.41 miliar pada kuartal I/2024, naik 34.95%, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 naik 0.2% menjadi 5,162, sementara Nasdaq 100 naik 0.1% menjadi 18,019 pada pukul 19:18 ET (23:18 GMT). Dow Jones naik 0.2% menjadi 38,897, 3 jam lalu, #Saham AS

Kebutuhan Uang Cash Menyebabkan Harga Emas Terkoreksi Tajam

Penulis

Minggu lalu, harga emas turun tajam akibat aksi jual investor untuk keperluan memenuhi margin call pada instrument trading yang lain. Minggu ini, perkembangan corona dan NFP AS akan menjadi katalis.

Analisa mingguan XAU/USD berikut ini dibuat berdasarkan harga penutupan pasar hingga akhir minggu lalu (28 Februari 2020), serta dimaksudkan sebagai acuan untuk trading jangka menengah dan panjang.

 

Tinjauan Fundamental

Awal pekan lalu, harga emas melaju pesat hingga nyaris menyentuh level USD1690 per troy ounce, seiring dengan anjloknya indeks USD dan panic selling di pasar saham dunia. Namun, emas perlahan-lahan mengalami koreksi akibat aksi ambil untung. Di akhir pekan, harga logam mulia turun drastis hingga menyentuh level 1562.75, sebelum ditutup pada 1585.06. Secara keseluruhan, XAU/USD mengalami depresiasi sebesar 3.55% dibandingkan dengan harga penutupan minggu sebelumnya. Persentase pelemahan mingguan ini adalah yang tertinggi sejak tahun 2013.

Menurut para pelaku pasar dan analis, sentimen kenaikan harga emas sebenarnya masih tinggi, didukung oleh:

  1. Penyebaran wabah virus corona (Covid-19) di luar China yang sangat cepat.
  2. Kejatuhan pasar saham dunia yang menunjukkan sentimen risk aversion dan naiknya pamor aset safe haven.
  3. Spekulasi pemotongan suku bunga The Fed pada meeting tanggal 18-19 bulan ini.

Anjloknya indeks harga saham dan komoditi (terutama minyak) yang begitu cepat membuat investor melakukan aksi jual terhadap aset safe haven emas, guna mendapatkan uang cash. Hal ini dilakukan untuk keperluan memenuhi margin call (MC) pada instrumen trading yang lain. Seperti diketahui, para investor besar mengalokasikan dana pada berbagai instrumen trading, sesuai dengan portofolio investasi yang telah direncanakan.

Dilansir dari Bloomberg, banyak pemegang emas fisik dan perhiasan di AS serta Eropa melakukan aksi jual untuk mengantisipasi kenaikan harga-harga yang luar biasa. Hal ini diperkirakan bisa terjadi akibat mandegnya aktivitas ekonomi sebagai dampak virus corona.

Sebagian analis memperkirakan harga emas masih akan mengalami tekanan jika bearish di pasar saham dan komoditi masih terus berlangsung minggu ini. Sementara sebagian lainnya memperkirakan harga emas akan konsolidasi (bergerak sideways) sebelum kembali bullish.

Data penting minggu ini adalah tenaga kerja AS (Non Farm Payrolls, upah, pengangguran dan ADP Non Farm), ISM Manufacturing dan Non Manufacturing AS, serta suku bunga RBA dan BoC. Meski demikian, berita mengenai perkembangan virus corona dan pasar saham masih akan lebih berdampak pada pergerakan harga logam mulia.

Survei yang dilakukan Kitco.com pada sejumlah trader menunjukkan sekitar 47% pemain Wall Street memperkirakan harga emas minggu ini akan berbalik bullish, 33% bearish, dan 20% memperkirakan netral atau sideways. Sementara itu, 67% pemain Main Street memperkirakan bullish, 19% bearish, dan 15% netral.

 

Tinjauan Teknikal

Chart Daily

Kebutuhan Uang Cash Menyebabkan Harga

Secara teknikal, harga emas mengalami koreksi bearish hingga 50% Fibo Retracement yang merupakan batas indikasi pergerakan reversal. Dari penunjukan Price Action, terbentuknya bearish engulfing candle menyebabkan bias pergerakan harga masih cenderung bearish. Kecenderungan ini didukung oleh penunjukan indikator trend dan momentum berikut:

  1. Harga berada di bawah kurva middle band indikator Bollinger Bands, sementara indikator Parabolic SAR pindah ke atas bar candlestick.
  2. Kurva indikator RSI telah menembus center line (level 50.0) dan berada di bawahnya.

Jika ingin konfirmasi, sell setelah kurva indikator MACD berada di bawah kurva sinyal (warna merah), dan garis histogram OSMA berada di bawah level 0.00.

Resistance ada pada level 1600 hingga 1611.19, sedangkan support kuat pada kurva EMA 55 dan level 1567 (sekitar 50% Fibo Retracement). Jika harga menembus level 61.8% Fibo Retracement, secara teknikal kemungkinan terjadi trend reversal, dan pergerakan harga akan berlanjut bearish.

Level Pivot mingguan: 1612.34

Resistance: 1596.00 (38.2% Fibo Retracement) ; 1611.19 ; 1631.44 (23.6% Fibo Retracement) ; 1660.00 ; 1689.20 ; 1713.04 ; 1752.15 ; 1776.57.

Support: 1575.35 ; 1566.91 (50% Fibo Retracement) ; 1547.00 ; 1538.29 (61.8% Fibo Retracement) ; 1524.00 ; 1502.78 (76.4% Fibo Retracement) ; 1493.00 ; 1482.00 ; 1470.00 ; 1459.00 ; 1445.42 ; 1433.50 ; 1424.00 ; 1410.90 ; 1400.00 ; 1383.00 ; 1373.00 ; 1358.00 ; 1348.00 ; 1332.44 ; 1319.75 ; 1309.00 ; 1297.00.

Indikator: Simple Moving Average (SMA) 200, EMA 55 ; Bollinger Bands (20,2) ; Parabolic SAR (0.02, 0.2) ; MACD (12,26,9) ; OSMA ; RSI (14).

Fibonacci Retracement:

  • Titik Swing Low: 1445.42 (harga terendah 12 November 2019).
  • Titik Swing High: 1689.20 (harga tertinggi 24 Februari 2020).

Arsip Analisa By : Martin
292171
Penulis

Martin Singgih memulai trading sejak 2006. Pernah menjadi scalper dan trader harian, tetapi sekarang cenderung beraktivitas sebagai trader jangka menengah-panjang dengan fokus pada faktor fundamental dan Money Management. Strategi trading yang digunakan berdasarkan sinyal dari Price Action dengan konfirmasi indikator teknikal.