EUR/USD 1.073   |   USD/JPY 153.150   |   GBP/USD 1.254   |   AUD/USD 0.658   |   Gold 2,304.39/oz   |   Silver 26.78/oz   |   Wall Street 38,225.66   |   Nasdaq 15,840.96   |   IDX 7,132.29   |   Bitcoin 59,123.43   |   Ethereum 2,988.17   |   Litecoin 80.12   |   Dow Jones Industrial Average ditutup naik 0.85% ke 38,225, S&P 500 juga menguat 0.91% ke 5,064, dan Nasdaq menanjak 1.51% ke 15,840, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT United Tractors Tbk. (UNTR) menjadwalkan cum dividen pada hari ini, Jumat (3/Mei), 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   BEI menyetop perdagangan saham PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) mulai hari ini, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Shutterstock, Inc (NYSE: NYSE:SSTK) telah merilis laporan keuangan Q1/2024, melampaui ekspektasi pendapatan dan EBITDA dengan angka $214 juta dan $56 juta, 5 jam lalu, #Saham AS

Aussie Lanjutkan Penurunan Pasca Data Gaji

Penulis

Publikasi data Wage Price Index tak mampu mendongkrak Dolar Australia karena masih menunjukkan tren yang lemah.

Seputarforex.com - Penurunan Dolar Australia memasuki hari kedua pada awal sesi perdagangan Asia Rabu ini (21/Februari). Publikasi data Wage Price Index tak mampu mendongkrak Aussie karena masih menunjukkan tren yang lemah, menggarisbawahi ketidakmungkinan kenaikan suku bunga bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) dalam waktu dekat. Saat berita ditulis, AUD/USD melandai 0.08% dari harga pembukaan ke 0.7875, sedangkan AUD/NZD selip 0.05% ke 1.0720.

Dolar Australia

 

Wage Price Index merupakan indikator pengukur perubahan harga yang dibayar oleh perusahaan swasta dan pemerintah untuk karyawan, tanpa memperhitungkan bonus. Karena melacak perubahan harga, maka Wage Price Index merupakan leading indicator untuk inflasi konsumen, serta termasuk salah satu komponen yang diamati oleh pengambil kebijakan, termasuk saat menentukan suku bunga.

Pagi ini, Australian Bureau of Statistics (ABS) melaporkan bahwa Wage Price Index mengalami kenaikan 0.6% QoQ pada kuartal IV/2017, mengungguli estimasi maupun pencapaian periode sebelumnya pada angka 0.5%. Namun demikian, pertumbuhannya secara Year-on-Year hanya naik dari 2.0% ke 2.1%, di bawah ekspektasi 2.2%.

David Cottle dari DailyFX mencatat, "Pertumbuhan gaji tetap jauh di bawah rerata jangka panjangnya; dan dengan inflasi konsumen masih di bawah target 2% yang ditentukan RBA, nampaknya investor akan perlu menunggu beberapa lama sebelum melihat suku bunga Australia meninggi. Sesungguhnya, kenaikan Official Cash Rate dari 1.50% tidak diperhitungkan oleh pasar Futures hingga awal 2019". Lebih lanjut, Cottle juga menyebutkan soal tingginya utang rumah tangga Australia.

Apabila suku bunga dinaikkan dalam kondisi pertumbuhan gaji lesu dan utang merajalela, maka masyarakat tentu akan terhimpit, sehingga dapat berimbas buruk bagi perekonomian Australia secara keseluruhan. Dalam situasi ini, sikap RBA menunggu kenaikan gaji terlebih dahulu sebelum menaikkan suku bunga, sebagaimana tertuang dalam Notulen Rapat Kebijakan yang dirilis kemarin, menjadi masuk akal.

282454
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.