Dolar AS mulai kalem hingga Kamis (19/11) sore ini setelah sempat berotot, menyusul rilis notulen FOMC untuk rapat akhir Oktober lalu, pada dini hari tadi. Indeks Dolar AS, yang mengukur kekuatan Greenback terhadap mata uang-mata uang mayor lainnya tergelincir 0.18 persen ke angka 99.48, mengendur dari level tinggi Rabu malam di kisaran 99.69, terkuat sejak tanggal 14 April.
USD/JPY menyentuh level rendah 123.10 dan berada pada posisi 123.32 saat berita ini ditulis, naik 0.25 persen hari ini. Yen memperpanjang perolehannya setelah siang tadi Bank Sentral Jepang (BOJ) memutuskan untuk tidak melakukan perubahan apapun pada kebijakan moneternya. Bank sentral tersebut masih kukuh menjalankan laju pembelian obligasi pemerintahnya di laju tahunan 80 triliun Yen.
Euro pun ikut mengalami penguatan, dengan EUR/USD yang naik 0.12 persen ke angka 1.0674, namun masih berada di dekat level rendah tujuh bulan 1.0616 yang tercapai di hari Rabu kemarin. Mata uang single currency tersebut tertekan oleh divergensi perbedaan moneter antara Federal Reserve AS dengan ECB.
Dolar Cuma Ambil Ancang-Ancang
Namun demikian, analis forex dari BofA Merrill Lynch mengingatkan agar trader tidak tertipu dengan penurunan dolar tersebut. Kelemahan Dolar pasca notulen FOMC hanya merefleksikan penentuan posisi. Pasar telah menaikkan kemungkinan liftoff The Fed pada Desember depan hingga 80 persen.
Sejauh ini jangan lupa bahwa laporan NFP AS sangat memuaskan dan sebagian besar pejabat The Fed yang berbicara ke publik menyampaikan kecenderungan mereka untuk menaikkan tingkat suku bunga Desember. Itu artinya masih ada kemungkinan untuk kenaikan suku bunga AS di bulan depan, dan kondisi ini masih akan mendukung Dolar AS.