Indeks Dolar AS (DXY) mencatat kenaikan harian sebesar 0.12 persen pada kisaran 96.90 pada awal perdagangan sesi Eropa (27/Maret), menyusul peningkatan lebih lanjut dalam yield obligasi 10-tahunan AS. Saat berita ditulis, Greenback unggul telak versus duo mata uang Antipodean, yaitu Aussie dan Kiwi. EUR/USD turun tipis 0.07 persen pada kisaran 1.1257 dan GBP/USD tumbang 0.16 persen ke level 145.79, meskipun USD/JPY melandai 0.05 persen ke level 110.57.
Saat ini, yield obligasi pemerintah AS bertenor 10-tahunan (US 10-year Treasury) telah meningkat hingga mencapai level 2.417 persen. Sebelumnya, penurunan yield obligasi tersebut ke kisaran 2.377 persen pada hari Senin telah memicu kekhawatiran mengenai prospek resesi di negeri Paman Sam. Kenaikan kembali yield US 10-year Treasury ini menyediakan ruang bagi pemulihan USD.
Sementara itu, sinyalemen terbaru bank sentral New Zealand yang mengejutkan justru meruntuhkan mata uang setempat dan memberikan dorongan tambahan bagi reli USD. Aussie dan Kiwi mencatat kinerja terburuk sepanjang sesi Asia. AUD/USD telah ambruk nyaris 0.5 persen ke kisaran 0.7100, sedangkan NZD/USD terjun sekitar 1.5 persen ke sekitar level 0.6795.
Seusai rapat hari ini, bank sentral New Zealand merilis peringatan bahwa perubahan kebijakan moneter berikutnya bisa jadi berupa pemangkasan suku bunga. Pasalnya, meskipun sektor ketenagakerjaan kokoh, tetapi inflasi lesu dan ada eskalasi ancaman perlambatan ekonomi pada sejumlah negara mitra dagang utamanya. Pernyataan tersebut langsung meruntuhkan Dolar New Zealand dan Dolar Australia.
"Negara-negara terindustrialisasi agaknya berlomba-lomba untuk mengadopsi posisi kebijakan dovish, dan bank sentral New Zealand baru saja bergabung dengan mereka. Selain kejatuhan Kiwi, kemerosotan Aussie juga menarik perhatian (karena menyiratkan kemungkinan langkah serupa bisa diambil oleh bank sentral Australia pula -red)," ujar Ayako Sera, seorang ekonom pasar senior di Sumitomo Mitsui Trust.