Advertisement

iklan

AUD/USD bullish menguji garis SMA 200, NFP AS masih ditunggu, 9 jam lalu, #Forex Teknikal   |   IHSG dibuka menghijau pada level 7,144 pada perdagangan hari ini. Hingga akhir sesi I, penguatannya meningkat ke 7,165.54, 11 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Michelle Gass akan gantikan Chip Bergh sebagai CEO Levi Strauss & Co. pada 29 Januari 2024 mendatang, 11 jam lalu, #Saham AS   |   Blackstone Inc. (NYSE: BX) gandeng Digital Realty (NYSE: DLR) untuk bangun empat pusat data hyperscale baru, 11 jam lalu, #Saham AS   |   Posisi PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) sebagai emiten terbesar BEI tersalip oleh PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) yang berhasil catat kapitalisasi pasar sampai Rp1,083 triliun, 11 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Yen Jepang tetap kuat di tengah harapan Pivot BoJ, meski angka PDB lebih lemah, 11 jam lalu, #Forex Fundamental   |   GBP/USD bertahan di bawah level 1.2600 jelang Data NFP AS, 11 jam lalu, #Forex Teknikal   |   NZD/USD kehilangan momentum di bawah level 0.6170, mata tertuju pada Data NFP AS, 11 jam lalu, #Forex Teknikal
Selengkapnya

Dolar Tersokong Data Ritel AS Yang Pas-Pasan

Penulis

Setelah ditopang data ritel, dolar AS saat ini menampilkan kinerja berbeda-beda terhadap berbagai mata uang mayor lain.

Advertisement

iklan

Advertisement

iklan

Seputarforex - Kemerosotan Indeks Dolar AS (DXY) terhenti pada level terendah 103.98 dalam perdagangan sesi New York hari Rabu (15/November). Namun, penyokongnya hanyalah data penjualan ritel AS yang medioker.

DXY Daily

Beberapa data ekonomi AS yang dirilis malam ini menampilkan gambaran situasi yang beragam. Data inflasi produsen (PPI) tercatat -0.5% (month-over-month) pada Oktober 2023, padahal konsensus sebelumnya mengharapkan kenaikan +0.1%. Laporan ini menjadi bukti tambahan untuk tren penurunan inflasi secara berkelanjutan di negeri Paman Sam.

Data penjualan ritel AS tercatat -0.1% (month-over-month) pada Oktober 2023. Angka tersebut lebih baik daripada perkiraan konsensus yang dipatok pada -0.3%, tetapi mencerminkan kemerosotan tajam dibandingkan kinerja +0.9% pada periode sebelumnya.

Sejumlah analis berpendapat data-data ekonomi AS terbaru ini tak benar-benar mengusung pesan baru bagi pelaku pasar. Data CME Group masih menunjukkan peluang nihil untuk kenaikan suku bunga lanjutan, sekaligus peningkatan peluang untuk pemangkasan suku bunga The Fed dalam paruh pertama tahun depan.

"Angka (penjualan ritel AS) hari ini tidak benar-benar menggerakkan ke suatu arah, selain meyakinkan Anda bahwa keadaan masih melambat di AS," kata Brad Bechtel, kepala FX global di Jefferies di New York, sebagaimana dilansir oleh Reuters.

Bechtel mencatat bahwa dolar AS cenderung berkinerja buruk pada kuartal empat selama dua tahun terakhir. Mata uang ini mencapai puncaknya pada kuartal ketiga 2021 dan 2022, lalu mengalami aksi jual sampai Januari.

"Saya tidak mengatakan bahwa sejarah akan terulang kembali, tetapi saya tidak ingin membeli atau memasang posisi long dolar dulu," imbuh Bechtel, "Kita perlu melihat lebih banyak lagi permainan ini."

Greenback saat ini menampilkan kinerja berbeda-beda terhadap berbagai mata uang mayor lain. AUD/USD dan NZD/USD masih unggul berkat bantuan data ekonomi domestik dan China. EUR/USD dan GBP/USD melemah tipis menyusul rilis data inflasi Inggris yang statis pada Oktober 2023. Sementara itu, USD/JPY cenderung fluktuatif dalam rentang terbatas antara 150.00-152.00 karena terkekang oleh banyaknya kontrak options kedaluwarsa dalam periode ini.

Download Seputarforex App

299959
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.