Pada hari Senin (19/11), Departemen Stastistik Jepang merilis data ekspor yang menunjukkan kenaikan 8.2 persen YoY di bulan Oktober. Di tengah perlambatan permintaan global karena dampak perang dagang AS-China, kenaikan ekspor Jepang di periode ini justru dipicu oleh lonjakan ekspor ke AS sebesar 11.6 persen.
Jika dibandingkan dengan rilis data September yang turun drastis ke level -1.3 persen, maka pencapaian ekspor Oktober tentu menunjukkan hasil rebound yang signifikan. Meskipun begitu, data ekspor dalam basis tahunan tersebut masih berada di bawah ekspektasi kenaikan 8.9 persen.
Penurunan -1.3 persen ekspor Jepang di bulan September disebabkan oleh bencana alam yang menganggu Output industri dan distribusi barang. Terlepas dari situasi tersebut, Kementerian Ekonomi Jepang tetap memprediksi perekonomian akan kembali meningkat di kuartal keempat, karena dampak dari bencana alam yang menyebabkan GDP Jepang turun di kuartal ketiga tahun ini akan memudar.
Impor Jepang Melonjak, Defisit Neraca Perdagangan Melebar
Ekspor Jepang ke AS naik 11.6 persen di bulan Oktober, sebagian besar berasal dari pengiriman mobil. Di sisi lain, impor Jepang dari AS melonjak 34.3 persen. Termasuk di antaranya adalah pengiriman jagung, minyak mentah, dan gas alam. Hal tersebut menyebabkan terjadi penurunan surplus perdagangan Jepang dan AS sebesar 11 persen YoY menjadi $5.09 miliar.
Jika dihitung secara keseluruhan, impor Jepang naik 19.9 persen YoY di bulan Oktober, melewati prediksi kenaikan yang sebesar 14.1 persen. Sebagai perbandingan, kenaikan impor Jepang pada bulan September hanya 7.0 persen YoY.
Lonjakan nilai impor Negeri Sakura tersebut menyebabkan neraca perdagangan berada di teritori defisit yang membengkak. Hal ini terbukti dari Trade Balance Jepang bulan Oktober yang mengalami defisit sebesar -449.257 miliar Yen, jauh melewati ekspektasi ekonom sebelumnya yang hanya memprediksi defisit sebesar -70 miliar Yen.