EUR/USD 1.071   |   USD/JPY 156.020   |   GBP/USD 1.253   |   AUD/USD 0.652   |   Gold 2,302.37/oz   |   Silver 26.90/oz   |   Wall Street 38,225.66   |   Nasdaq 15,605.48   |   IDX 7,117.43   |   Bitcoin 58,254.01   |   Ethereum 2,969.78   |   Litecoin 80.10   |   EUR/JPY diperdagangkan lebih tinggi di sekitar 166.00 di tengah membaiknya sentimen risiko, 14 jam lalu, #Forex Teknikal   |   USD/CAD turun ke dekat level 1.3700 di tengah harga minyak mentah yang lebih tinggi, sentimen Risk-On, 14 jam lalu, #Forex Teknikal   |   GBP/USD naik mendekati level 1.2550 dengan ekspektasi pergeseran momentum, 14 jam lalu, #Forex Teknikal   |   USD/CHF tetap berada di bawah tekanan jual di bawah level 0.9150 menyusul data IHK Swiss, 14 jam lalu, #Forex Teknikal   |   PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) optimistis bakal membukukan marketing sales Rp9.5 triliun sepanjang tahun ini, 20 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Starbucks (NASDAQ:SBUX) anjlok 15.9% setelah jaringan kopi ini memangkas proyeksi penjualannya karena membukukan penurunan pertama dalam penjualan dalam hampir tiga tahun terakhir, 20 jam lalu, #Saham AS   |   Saham Amazon.com (NASDAQ: AMZN) naik 2.2% karena hasil kuartalan yang lebih baik dari perkiraan, 20 jam lalu, #Saham AS   |   Pendapatan trivago di Q1 2024 menunjukkan penurunan sebesar 9% YoY, 20 jam lalu, #Saham AS

Inflasi Jepang Terjerembab, Prospek Stimulus Kian Terbuka

Penulis

Trend Inflasi inti Jepang terus melemah dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini pun semakin membuka peluang BoJ untuk mengucurkan stimulus dalam waktu dekat.

Pada hari Jumat (20/September), Biro Statistik Jepang merilis data Indeks Harga Konsumen (inflasi) inti yang turun ke laju terlemah sejak pertengahan 2017. Laporan yang tidak memasukan kategori makanan segar itu berada di level 0.5 persen secara tahunan (Year-over-Year), lebih lemah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 0.6 persen. Rilis Inflasi inti Jepang pagi ini telah sesuai dengan forecast ekonom sebelumnya dalam polling Reuters.

Inflasi Konsumen Inti Jepang Sentuh Low

Sementara itu, laporan inflasi inti yang lebih spesifik dengan tidak memasukan kategori makanan segar dan energi tercatat naik 0.6 persen di bulan Agustus, tidak berubah dari periode sebelumnya. Jika diukur secara keseluruhan, inflasi konsumen Jepang bulan Agustus hanya sebesar 0.3 persen, lagi-lagi melambat setelah hanya mencapai 0.5 persen pada bulan lalu.

 

Trend Inflasi Melambat, BoJ Diprediksi Tambah Stimulus

Melambatnya trend inflasi Jepang dalam beberapa bulan terakhir seolah menegaskan kembali prospek BoJ untuk menggelontorkan stimulus lebih besar dalam waktu dekat. Sejak lama, Bank Sentral Jepang (BoJ) berusaha semaksimal mungkin mendorong inflasi konsumen menuju target di kisaran 2 persen. Namun, fakta yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir justru menunjukkan bahwa trend Inflasi terus melambat, tertekan oleh lesunya perekonomian global yang memukul mundur sektor ekspor Jepang.

Pelaku pasar melihat bahwa kondisi ini berpotensi menekan para pembuat kebijakan BoJ untuk kembali mengucurkan stimulus di bulan Oktober. Pandangan ini semakin kuat menyusul konferensi pers BoJ kemarin yang mengatakan bahwa mereka bisa kembali melakukan pelonggaran pada pertemuan bulan depan, setelah melihat tanda-tanda hilangnya momentum menuju target inflasi 2 persen.

"Ke depan, kami melihat trend Inflasi inti Jepang akan semakin melemah ke 0.3 persen di akhir tahun. Namun kenaikan pajak penjualan dari 8 persen menjadi 10 persen di bulan Oktober akan membuka kemungkinan melonjaknya inflasi jangka pendek menjadi 1 persen," kata salah seorang ekonom Bloomberg dalam sebuah catatan.

Seperti yang diketahui, pemerintah Jepang memang akan menaikkan pajak penjualan menjadi 10 persen pada bulan Oktober mendatang. Namun, banyak analis berpendapat bahwa langkah itu akan semakin menekan belanja konsumen yang selama ini menopang perekonomian Jepang di tengah merosotnya sektor ekspor akibat perang dagang.

290177
Penulis

Pandawa punya minat besar terhadap dunia kepenulisan dan sejak tahun 2010 aktif mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Penulis juga seorang Trader Forex yang berpengalaman lebih dari 5 tahun dan hingga kini terus belajar untuk menjadi lebih baik.