EUR/USD 1.071   |   USD/JPY 156.020   |   GBP/USD 1.253   |   AUD/USD 0.652   |   Gold 2,324.02/oz   |   Silver 26.81/oz   |   Wall Street 37,903.29   |   Nasdaq 15,605.48   |   IDX 7,113.24   |   Bitcoin 58,254.01   |   Ethereum 2,969.78   |   Litecoin 80.10   |   PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) optimistis bakal membukukan marketing sales Rp9.5 triliun sepanjang tahun ini, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Starbucks (NASDAQ:SBUX) anjlok 15.9% setelah jaringan kopi ini memangkas proyeksi penjualannya karena membukukan penurunan pertama dalam penjualan dalam hampir tiga tahun terakhir, 5 jam lalu, #Saham AS   |   Saham Amazon.com (NASDAQ: AMZN) naik 2.2% karena hasil kuartalan yang lebih baik dari perkiraan, 5 jam lalu, #Saham AS   |   Pendapatan trivago di Q1 2024 menunjukkan penurunan sebesar 9% YoY, 5 jam lalu, #Saham AS

Inflasi Tiongkok Masih Flat Di Tengah Upaya Stimulasi Ekonomi

Penulis

Inflasi konsumen Tiongkok terbilang cukup flat untuk bulan Maret, yakni mencapai 1.4 persen saja, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan ekspektasi 1.3 persen. Sebaliknya, inflasi produsen justru menunjukkan sedikit penurunan dibandingkan dengan proyeksinya.

Inflasi konsumen Tiongkok terbilang cukup flat untuk bulan Maret, yakni mencapai 1.4 persen saja, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan ekspektasi 1.3 persen. Sebaliknya, inflasi produsen justru menunjukkan sedikit penurunan dibandingkan dengan proyeksinya.

pabrik_china
Indeks Harga Produsen (PPI) China untuk bulan Maret melorot hingga 4.6 persen, yang dilaporkan oleh Biro Statistik Nasional China ini memperpanjang long-running siklus deflasi yang dialami oleh pabrik-pabrik China sejak Maret 2012, atau sudah sekitar tiga tahun yang lalu. Ekspektasinya, angka PPI China akan mengalami penurunan hingga 4.8 persen dari satu tahun sebelumnya, persis dengan bulan lalu.

Pabrik-Pabrik China Masih Tertekan

Data-data indeks harga tersebut dirilis pada Jumat (10/04) hari ini, dan menunjukkan bahwa profit margin perusahaan-perusahaan China masih di bawah tertekan, di tengah upaya Beijing untuk menstimulasi pertumbuhan. Para ekonom dan pembuat kebijakan mengkhawatirkan risiko deflasi yang makin meninggi akan melanda negara ekonomi kedua di dunia ini.

Penyebabnya adalah terseretnya pasar properti ke jurang penurunan serta overkapasitas yang dialami oleh banyak pabrik-pabrik di China akibat ketidak pastian outlook global dan lemahnya harga komoditas. Para analis pun menyebut adanya kendala ekonomi yang serius, termasuk lemahnya permintaan dan merosotnya harga minyak, sehingga mengganggu keseimbangan penggunaan dan harga layanan-layanan publik.

228765
Penulis

Sudah aktif berkecimpung di dunia jurnalistik online dan content writer sejak tahun 2011. Mengenal dunia forex dan ekonomi untuk kemudian aktif sebagai jurnalis berita di Seputarforex.com sejak tahun 2013. Hingga kini masih aktif pula menulis di berbagai website di luar bidang forex serta sebagai penerjemah lepas.