EUR/USD 1.072   |   USD/JPY 156.820   |   GBP/USD 1.256   |   AUD/USD 0.656   |   Gold 2,333.30/oz   |   Silver 27.25/oz   |   Wall Street 38,386.09   |   Nasdaq 15,983.08   |   IDX 7,240.97   |   Bitcoin 63,841.12   |   Ethereum 3,215.43   |   Litecoin 83.52   |   PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) telah menandatangani perjanjian jual beli bersyarat untuk melakukan divestasi atau pelepasan unit bisnis GoTo Logistics (GTL), 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Astra International Tbk. (ASII) mencatatkan penurunan pendapatan pada kuartal I/2024, turun 2.13% menjadi Rp81.2 triliun, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) akan melaksanakan RUPS pada 3 Mei 2024 yang diperkirakan memutuskan alokasi dividen, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 stabil pada 5,144, sementara Nasdaq 100 mendatar di 17,908 pada pukul 19:09 ET (23:09 GMT). Dow Jones turun sedikit menjadi 38,543, 2 jam lalu, #Saham AS

Intisari FOMC The Fed April 2015 Tanpa Konferensi Pers

Penulis

Para pembuat kebijakan The Fed masih membuka kemungkinan kenaikan suku bunga pada tengah tahun kedua tahun ini dengan menurunkan signifikansi perlambatan ekonomi AS dalam kuartal pertama. Dalam pernyataannya yang dirilis pada Kamis (30/04) dini hari tadi, Ketua The Fed Janet Yellen dan kolega-koleganya menyebutkan musim dingin sebagai sebuah "faktor sementara" dan menegaskan bahwa pertumbuhan AS akan tetap melaju secara moderat.

Para pembuat kebijakan The Fed masih membuka kemungkinan kenaikan suku bunga pada tengah tahun kedua tahun ini dengan menurunkan signifikansi perlambatan ekonomi AS dalam kuartal pertama. Dalam pernyataannya yang dirilis setelah FOMC Kamis (30/04) dini hari tadi, Ketua The Fed Janet Yellen dan kolega-koleganya menyebutkan musim dingin sebagai sebuah "faktor (penghambat) sementara" dan menegaskan bahwa pertumbuhan AS akan tetap melaju secara moderat.

the_fed
"Pertumbuhan belanja masyarakat merosot; pemasukan riil masyarakat tumbuh pesat, sebagian sektor harga energi masih menunjukkan kemerosotan di awal, dan sentimen konsumen masih tinggi," demikian dituturkan oleh FOMC.

The Fed pun tidak mengubah suku bunga, dengan masih di kisaran nol, serta mengulangi bahwa pihaknya akan menaikkan suku bunga apabila telah melihat peningkatan lebih jauh dalam pasar tenaga kerja. Apabila inflasi mulai tampak meyakinkan mencapai target 2 persen, suku bunga AS pun akan dinaikkan.

Reaksi Pasar Tak Mencolok

Tidak ada konferensi pers yang dijadwalkan setelah rapat FOMC tersebut dibubarkan malam tadi. Sehingga, para investor pun harus menafsirkan sendiri pergerakan harga di pasar. Sebetulnya pasar pun tak bereaksi terlalu signifikan menanggapi hasil FOMC kali ini. Saham-saham hanya melemah tipis dan imbal hasil obligasi naik. Dolar AS yang melemah setelah dikecewakan oleh angka GDP AS kuartal pertama pun dapat sedikit terdongkrak pasca statemen FOMC.

Pasar saat ini berekspektasi bahwa The Fed bisa menaikkan suku bunganya sekitar Oktober. Dan jika benar, maka kenaikan tersebut merupakan yang pertama kalinya sejak krisis finansial. Namun, tentu saja para komite FOMC akan membaca progres ekonomi AS sebelum menaikkan suku bunga.

5 Hal Yang Membuat The Fed Tunda Kenaikan Suku Bunga

Menurut analis dari Telegraph, ada lima hal yang perlu diperhatikan terkait kenaikan suku bunga The Fed. Pertama adalah lemahnya pertumbuhan pada kuartal pertama, yang hanya naik 0.2 persen dari 2.2 persen pada kuartal akhir 2014.

Kedua adalah ketidakpastian dalam pasar tenaga kerja; Dimana NFP AS untuk bulan Maret hanya bertambah 126,000 dari sebelumnya 264,000, dan menjadi reading NFP AS yang terlemah sejak tahun 2013. Akan tetapi, analis dari Societe Generale menyoroti kuatnya klaim pengangguran dan peningkatan yang berhubungan kondisi cuaca, dapat menjadi pemicu pemantulan kembali dalam pasar tenaga kerja.

Ketiga adalah rendahnya angka inflasi konsumen (CPI) AS yang menunjukkan bahwa AS masih memiliki potensi untuk tergelincir ke deflasi. CPI AS terus menurun mendekati 0 pada tahun ini, sejak tahun 2012. Kendati demikian, The Fed berbeda dengan bank sentral-bank sentral lain yang sudah jelas terpuruk pada deflasi seperti Zona Euro dan Jepang. The Fed lebih menekankan pengukuran CPE yang diyakini cakupannya lebih meluas terhadap belanja masyarakat.

Keempat adalah menguatnya Dolar AS, yang juga sempat disoroti oleh William Dudley, Presiden The Fed New York. Apresiasi terhadap Dolar AS akhir-akhir ini mulai menimbulkan masalah di kalangan eksportir AS. Dan yang kelima adalah kepercayaan konsumen yang terus menunjukkan penurunan.

231156
Penulis

Sudah aktif berkecimpung di dunia jurnalistik online dan content writer sejak tahun 2011. Mengenal dunia forex dan ekonomi untuk kemudian aktif sebagai jurnalis berita di Seputarforex.com sejak tahun 2013. Hingga kini masih aktif pula menulis di berbagai website di luar bidang forex serta sebagai penerjemah lepas.