EUR/USD 1.079   |   USD/JPY 152.200   |   GBP/USD 1.261   |   AUD/USD 0.664   |   Gold 2,301.51/oz   |   Silver 26.56/oz   |   Wall Street 38,664.73   |   Nasdaq 15,840.96   |   IDX 7,134.72   |   Bitcoin 62,889.84   |   Ethereum 3,103.54   |   Litecoin 81.93   |   Penutupan mingguan GBP/USD di atas 1.2550 dapat menarik pembeli, 15 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Pound Sterling bergerak lebih tinggi dengan perhatian tertuju pada NFP AS, 15 jam lalu, #Forex Fundamental   |   Dolar AS melanjutkan pelemahan karena pasar menunggu data pekerjaan utama, 15 jam lalu, #Forex Fundamental   |   USD/CHF kehilangan daya tarik di bawah level 0.9100, menantikan data NFP, 15 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Dow Jones Industrial Average ditutup naik 0.85% ke 38,225, S&P 500 juga menguat 0.91% ke 5,064, dan Nasdaq menanjak 1.51% ke 15,840, 23 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT United Tractors Tbk. (UNTR) menjadwalkan cum dividen pada hari ini, Jumat (3/Mei), 23 jam lalu, #Saham Indonesia   |   BEI menyetop perdagangan saham PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) mulai hari ini, 23 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Shutterstock, Inc (NYSE: NYSE:SSTK) telah merilis laporan keuangan Q1/2024, melampaui ekspektasi pendapatan dan EBITDA dengan angka $214 juta dan $56 juta, 23 jam lalu, #Saham AS

Kenaikan Fed Rate Bisa Jadi Bergantung Pada Kekuatan Dolar

Penulis

Alasan Fed merubah nada pernyataannya pada Januari lalu bisa jadi adalah karena tidak ingin Dolar menguat terlalu cepat hingga mengacaukan ekspansi ekonomi domestik yang tengah berlangsung.

Setelah optimis bisa menaikkan Fed rate empat kali dalam tahun 2016 saat rapat FOMC Desember lalu, Federal Reserve mendadak berbalik haluan pada rapat Maret dengan mematok kemungkinan kenaikan dua kali saja. Namun belum lama kabar tersebut merebak, para pejabat teras FED langsung menyuarakan keyakinan mereka kalau Fed rate bisa dinaikkan dalam waktu dekat.

Berbagai pihak pun kebingungan meraba-raba apa gerangan yang menyebabkan ping-pong opini ini terjadi serta berspekulasi tentang apa yang pada akhirnya nanti dapat memicu Fed menaikkan suku bunga, diluar pemantauan terhadap indikator fundamental vital seperti inflasi dan ketenagakerjaan.

ilustrasi

 

Akibat Dolar Terlalu Kuat?

Kepala Strategi Investasi UBS, Mike Ryan, mengutarakan pada CNBC Senin kemarin (28/3) bahwa salah satu alasan mengapa Fed merubah nada pernyataannya pada FOMC Maret lalu bisa jadi adalah karena tidak ingin Dolar menguat terlalu cepat hingga mengacaukan ekspansi ekonomi domestik yang tengah berlangsung.

Ini masuk akal mengingat sebagaimana kita ketahui, indeks Dolar bergerak cenderung bullish pasca kenaikan suku bunga Desember, padahal sudah berada di posisi terkuatnya dalam lebih dari satu dekade. Hal ini telah berimbas negatif di berbagai sektor, salah satunya bagi perusahaan-perusahaan multinasional asal AS yang mayoritas pendapatannya diperoleh dari luar negeri. McDonald, misalnya, melaporkan penurunan revenue dan net income untuk tahun fiskal 2015 akibat faktor nilai tukar; padahal apabila Dolar tidak menguat, maka revenue dan net income masih ada peningkatan.

Sementara itu, Richard Clarida, Penasihat Strategis di PIMCO, juga memaparkan keyakinannya bahwa Yellen akan menggunakan momen pernyataan FOMC April untuk menyiapkan investor menjelang kenaikan suku bunga Juni. Namun, ia menekankan FOMC akan melakukannya secara bertahap untuk menghindari pergerakan yang terlalu besar pada Dolar.

Jadwal Rapat FOMC 2016

 

Kuncinya Ada Pada Pergerakan Dolar

Jurrien Timmer, salah satu direktur di korporasi jasa finansial multinasional asal Amerika Fidelity Investment, pun menyampaian hal senada dengan Ryan dan Clarida. Menurutnya, Federal Reserve bisa menaikkan suku bunga pada bulan Juni bila Dolar tidak melonjak di tengah ekspektasi akan diambilnya kebijakan tersebut.

Timmer mengungkapkan bahwa Fed telah terpojok dalam "tarik ulur" dimana diskusi tentang kenaikan suku bunga memperkuat Dolar, tetapi mengakibatkan pelemahan Yuan China. Pelemahan Yuan pada gilirannya menyebabkan People's Bank of China untuk menjual cadangan devisa-nya guna menanggulangi outflow Yuan, yang akibatnya malah menimbulkan volatilitas di pasar finansial AS.

Karenanya, Timmer menilai pergerakan Dolar akan menjadi indikator kunci mengenai apakah Fed akan menaikkan suku bunga atau tidak. Kenaikan tersebut jelas tidak bisa dilakukan pada rapat FOMC April, tetapi masih ada potensi untuk terjadi di bulan Juni apabila sinyal-sinyal yang dikirim sebelumnya oleh para pejabat the Fed tidak mengakibatkan gejolak di pasar mata uang.

 

262229

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.