Neraca berjalan Jepang dilaporkan surplus oleh Kementerian Keuangan Jepang untuk 17 bulan berturut-turut di bulan November pada Selasa (12/01) pagi ini.
Neraca berjalan, yakni pengukuran yang diterapkan pada sektor perdagangan dan aliran finansial ke luar negeri, memproduksi surplus sebesar 1.14 Triliun Yen di bulan November 2015, naik dari 440.2 miliar Yen di bulan yang sama tahun lalu. Angka surplus itu melebihi estimasi para ekonom yang memperkirakan surplus hanya mencapai 895 miliar Yen.
Jepang Akan Pertahankan Surplusnya
Di antara komponen-komponen penting yang tercakup dalam neraca berjalan, defisit perdagangan barang-barang di Jepang mengalami penurunan dengan total 57 persen ke angka 271.5 miliar, dengan ekspor yang jatuh 6.3 persen dan impor yang juga merosot 10.9 persen. Ekspor Jepang menyusut akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi China, yang juga menjadi negara tujuan ekspor utama bagi Jepang.
Catatan menggembirakan neraca berjalan Jepang ini sebagian besar merupakan kontribusi besar dari pertumbuhan pendapatan luar negeri, termasuk investasi asing, yang mendapat dorongan dari lemahnya nilai tukar Yen. Yen telah melemah hingga 5.4 persen tahun ke tahun hingga bulan ini, dengan USD/JPY yang mencapai level rata-rata di angka 122.54.
Di samping itu, rendahnya harga minyak mentah juga turut memberikan sumbangsih pada surplus neraca berjalan Jepang, mengingat Negara Matahari Terbit ini sangat menggantungkan diri pada impor minyak sejak hancurnya sumber energi nuklirnya akibat tsunami dan gempa tahun 2011 silam.
"Makin lebarnya surplus neraca berjalan Jepang menjadi pertanda baik bagi perekonomian Jepang," tutur Junko Nishioka, Kepala Ekonom Sumitomo Mitsui Banking Corp. di Tokyo yang diwawancarai oleh Bloomberg. "Ke depan nanti, Jepang diperkirakan akan terus mempertahankan tren surplusnya."
Pasca laporan ini, USD/JPY yang tadinya stabil menjadi sedikit landai akibat menguatnya Yen menuju posisi 117.55, turun 0.16 persen dari posisi sebelumnya. Indeks Dolar menurun tipis 0.01 persen ke posisi 98.91.