EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,335.33/oz   |   Silver 27.43/oz   |   Wall Street 38,085.80   |   Nasdaq 15,611.76   |   IDX 7,115.99   |   Bitcoin 64,481.71   |   Ethereum 3,156.51   |   Litecoin 83.80   |   PT PLN (Persero) segera melantai ke Bursa Karbon Indonesia alias IDX Carbon, dengan membuka hampir 1 juta ton unit karbon, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) meraih fasilitas pinjaman dari Bank BNI (BBNI) senilai $250 juta, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Induk perusahaan Google, Alphabet Inc (NASDAQ: GOOGL), menguat sekitar 12%, mencapai rekor tertinggi di sekitar $174.70, 2 jam lalu, #Saham AS   |   Nasdaq naik 1.2% menjadi 17,778, sementara S&P 500 naik 0.8% menjadi 5,123 pada pukul 18.49 ET (22.49 WIB). Dow Jones Futures naik 0.1% menjadi 38,323, 3 jam lalu, #Saham AS

PMI Manufaktur China Berekspansi Di Bawah Ekspektasi

Penulis

Aktivitas manufaktur China berekspansi lebih lambat di bulan Desember karena dipicu oleh semakin mahalnya harga bahan baku.

Seputarforex - Pada hari Senin (04/Januari), Biro Statistik Nasional China mempublikasikan data aktivitas manufaktur versi Caixin yang berada pada level 53.0, turun dari level periode sebelumnya yang mencapai 54.9. Rilis data manufaktur untuk periode Desember ini juga gagal memenuhi ekspektasi kenaikan ke 54.7. Meski sedikit turun, aktivitas sektor manufaktur China masih stabil di atas level 50.0 yang menandai kondisi ekspansif.

PMI Caixin Manufaktur China Bulan

"Dampak negatif pandemi terhadap perekonomian domestik semakin mereda dan industri manufaktur terus pulih. Di samping itu, sisi penawaran dan permintaan juga semakin membaik, terutama didorong oleh permintaan dari luar negeri," kata Wang Zhe, ekonom senior di Caixin Insight Group.

 

Ekspansi Manufaktur Terhambat Harga Bahan Baku

Hasil survei yang sebelumnya dilakukan oleh Caixin mengungkapkan bahwa perlambatan ekspansi aktivitas manufaktur China dipicu oleh harga bahan baku yang meningkat tajam. Kondisi ini tentu saja berimbas terhadap sektor ketenagakerjaan; pabrik-pabrik di China terpaksa memberhentikan lebih banyak tenaga kerja untuk memangkas biaya pengeluaran.

"Kita perlu memperhatikan tekanan yang meningkat akibat kenaikan harga bahan baku terutama logam dan dampak buruknya terhadap lapangan kerja. Hal ini menjadi sangat penting dan kebijakan stimulus dari pemerintah selama pandemi bisa menjadi jalan keluar," kata Wang Zhe.

Terlepas dari masalah bahan baku, Wang optimis jika pemulihan ekonomi dari dampak pandemi akan berlanjut hingga beberapa bulan mendatang. Di samping itu, indikator makroekonomi diyakini semakin kokoh dalam kurun waktu enam bulan ke depan.

Sebagai informasi, ekonomi China rebound tajam setelah terperosok di awal tahun 2020 lalu akibat dampak pandemi COVID-19. Intervensi pemerintah seperti stimulus, pemberian insentif kepada perusahaan yang terdampak pandemi, serta peningkatan investasi menjadi faktor yang mendasari pemulihan ekonomi China sejak paruh kedua tahun lalu.

Download Seputarforex App

294903
Penulis

Pandawa punya minat besar terhadap dunia kepenulisan dan sejak tahun 2010 aktif mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Penulis juga seorang Trader Forex yang berpengalaman lebih dari 5 tahun dan hingga kini terus belajar untuk menjadi lebih baik.