Advertisement

iklan

AUD/USD bullish menguji garis SMA 200, NFP AS masih ditunggu, 2 hari, #Forex Teknikal   |   IHSG dibuka menghijau pada level 7,144 pada perdagangan hari ini. Hingga akhir sesi I, penguatannya meningkat ke 7,165.54, 2 hari, #Saham Indonesia   |   Michelle Gass akan gantikan Chip Bergh sebagai CEO Levi Strauss & Co. pada 29 Januari 2024 mendatang, 2 hari, #Saham AS   |   Blackstone Inc. (NYSE: BX) gandeng Digital Realty (NYSE: DLR) untuk bangun empat pusat data hyperscale baru, 2 hari, #Saham AS   |   Posisi PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) sebagai emiten terbesar BEI tersalip oleh PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) yang berhasil catat kapitalisasi pasar sampai Rp1,083 triliun, 2 hari, #Saham Indonesia   |   Yen Jepang tetap kuat di tengah harapan Pivot BoJ, meski angka PDB lebih lemah, 2 hari, #Forex Fundamental   |   GBP/USD bertahan di bawah level 1.2600 jelang Data NFP AS, 2 hari, #Forex Teknikal   |   NZD/USD kehilangan momentum di bawah level 0.6170, mata tertuju pada Data NFP AS, 2 hari, #Forex Teknikal
Selengkapnya

Retail Sales Dan Produksi Industri China Kompak Melemah

Penulis

Biro Stastistik Nasional China merilis sejumlah data ekonomi yang mengindikasikan pemulihan ekonomi semakin terhambat di awal kuartal III/2023.

Advertisement

iklan

Advertisement

iklan

Seputarforex - Pada hari Selasa (15/Agustus), Retail Sales China periode Juli 2023 dilaporkan turun dari 3.1 persen ke 2.5 persen secara tahunan (Year-over-Year). Angka ini di bawah ekspektasin kenaikan 4.5 persen.

Retail Sales China

Secara detail, penurunan penjualan terjadi di banyak sektor. Beberapa diantaranya adalah tembakau dan alkohol (dari 9.6 persen ke 7.2 persen, pakaian, sepatu, dan tekstil (dari 6.9 persen ke 2.3%), furnitur (dari 1.2 persen ke 0.1 persen), hingga alar komunikasi (dari 6.6 persen ke 3.0 persen). Penjualan di sejumlah barang bahkan ambles ke level minus, termasuk komestik (dari 4.8 persen ke -4.1 persen), perhiasan (dari 7.8 persen ke -10.0 persen), serta alat rumah tangga (dari 4.5 persen ke -5.5 persen).

Perlambatan yang terjadi pada belanja ritel China bulan lalu mencerminkan melemahnya permintaan domestik. Hal ini cukup mengkhawatirkan karena data Retail Sales berkontribusi lebih dari setengah perekonomian China.

Sementara itu, data Industrial Production hanya meningkat 3.7 persen YoY, lebih rendah ketimbang proyeksi kenaikan 4.4 persen dan tidak beranjak dari pertumbuhan bulan Juni. Kondisi ini sejalan dengan penurunan aktivitas manufaktur yang berkontraksi. Ekspansi sektor jasa China pun terus merosot dalam beberapa bulan terakhir.

Lebih jauh, data Investasi Aset Tetap (Fixed Asset Investment) China turun secara mengejutkan. Data yang mengukur aktivitas konstruksi, pertambangan, belanja modal, dan bisnis ini merosot dari 3.8 persen menjadi 3.4 persen secara tahunan. Hasil tersebut atau lebih buruk dari konsensus ekonom yang memperkirakan kenaikan 3.8 persen.

Dalam beberapa bulan terakhir, Fixed Asset Investment China memang terus mengalami penurunan yang cukup signifikan. Bahkan, sektor investasi properti China merosot hingga 8.5 persen dalam tujuh edisi data tahunan. Spekulasi gagal bayar obligasi oleh sejumlah perusahaan properti China semakin memperburuk sentimen pasar untuk sektor ini.

Sejumlah analis menyakini jika pemerintah China dalam waktu dekat akan meluncurkan paket stimulus besar-besaran. Tujuannya tak lain adalah untuk menggenjot kembali pemulihan ekonomi yang mandek sejak awal kuartal kedua tahun ini.

Download Seputarforex App

299659
Penulis

Pandawa punya minat besar terhadap dunia kepenulisan dan sejak tahun 2010 aktif mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Penulis juga seorang Trader Forex yang berpengalaman lebih dari 5 tahun dan hingga kini terus belajar untuk menjadi lebih baik.