iklan |
iklan |
Seputarforex - Indeks dolar AS (DXY) bangkit sekitar 0.6% sampai 103.30-an, sementara EUR/USD terperosok lebih dari 1.0% ke kisaran terendah 1.0710-an pada sesi Eropa hari Jumat (24/Maret). Perubahan situasi yang teramat drastis terjadi lantaran munculnya sejumlah berita yang melaporkan skandal Deutsche Bank, bank terbesar di Jerman.
Grafik EUR/USD Daily via TradingView
Beberapa bank sentral utama pekan ini bersemangat menaikkan suku bunga lagi setelah menangani sejumlah krisis perbankan yang merebak di Amerika dan Eropa pekan lalu. Mereka gigih menekankan pentingnya menaikkan suku bunga demi menekan laju inflasi, sembari mengesampingkan ancaman instabilitas perbankan yang membayangi. Namun, perkembangan terbaru menunjukkan bahwa pelaku pasar secara umum tetap mengkhawatirkan potensi penularan krisis perbankan secara global.
CNBC melaporkan bahwa saham Deutsche Bank ambles 14% hari ini, menyusul lonjakan dalam Credit Default Swaps (CDS) selama beberapa hari terakhir. CDS merupakan suatu bentuk asuransi bagi para pemegang obligasi untuk melindungi mereka dari kemungkinan gagal bayar perusahaan.
Dengan penurunan tajam itu, harga saham Deutsche Bank telah kehilangan seperlima nilainya sejak awal bulan ini. Tapi Deutsche Bank tak sendiri. Saham-saham perbankan terbesar Eropa rontok serentak, termasuk Commerzbank, Societe Generale, UBS, Barclays, dan BNP Paribas.
Tak pelak, euro ikut terseret turun. Mata uang-mata uang high risk seperti pound sterling, dolar Australia, dan dolar New Zealand ikut terinjak-injak. Di sisi lain, dolar AS kembali memainkan perannya sebagai safe haven yang cenderung menguat di tengah gejolak.
Kondisi fundamental Deutsche Bank sebenarnya lebih baik dibandingkan dengan Credit Suisse yang terpaksa diakuisisi oleh UBS beberapa waktu lalu. Deutsche Bank telah membukukan laba selama sepuluh kuartal beruntun. Pendapatan bersih tahunannya naik puluhan persen hingga mencapai rekor tertinggi pada 5.6 miliar euro dalam tahun 2022. Berbagai rasio lain menandakan ketersediaan likuiditasnya cukup memadai.
Terlepas dari itu, para pakar mengingatkan bahwa kondisi keuangan global bakal makin ketat pada tahun 2023 sebagai efek dari suku bung tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat. Seiring dengan makin ketatnya kondisi keuangan tersebut, semakin besar pula risiko stres meluas pada sektor perbankan.
"Masalah Silicon Valley Bank membawa lebih banyak perhatian pada bank," ujar Larry McDonald, pendiri Bear Traps Report, kepada CNBC, "Jadi, bank seperti Credit Suisse dan Deutsche Bank yang telah dikelola dengan sangat buruk selama beberapa dekade —dan kita berbicara tentang manajemen yang sangat jelek dan keputusan yang buruk— tiba-tiba, investor di seluruh planet, fokus pada hal itu."
Pejabat dari Departemen Kehakiman AS juga mengungkapkan bahwa beberapa bank di Eropa tengah diinvestigasi mengenai keterlibatan mereka dalam membantu para pengusaha Rusia untuk menghindari sanksi yang dijatuhkan Barat dalam sengketa Rusia-Ukraina. Beberapa bank yang dimaksud antara lain Credit Suisse dan UBS.