EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,335.33/oz   |   Silver 27.43/oz   |   Wall Street 38,085.80   |   Nasdaq 15,611.76   |   IDX 7,115.99   |   Bitcoin 64,481.71   |   Ethereum 3,156.51   |   Litecoin 83.80   |   PT PLN (Persero) segera melantai ke Bursa Karbon Indonesia alias IDX Carbon, dengan membuka hampir 1 juta ton unit karbon, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) meraih fasilitas pinjaman dari Bank BNI (BBNI) senilai $250 juta, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Induk perusahaan Google, Alphabet Inc (NASDAQ: GOOGL), menguat sekitar 12%, mencapai rekor tertinggi di sekitar $174.70, 3 jam lalu, #Saham AS   |   Nasdaq naik 1.2% menjadi 17,778, sementara S&P 500 naik 0.8% menjadi 5,123 pada pukul 18.49 ET (22.49 WIB). Dow Jones Futures naik 0.1% menjadi 38,323, 3 jam lalu, #Saham AS

NAB: Selisih Suku Bunga Ancam Dolar Australia Tahun 2018

Penulis

Akibat kenaikan suku bunga Federal Reserve, keunggulan Dolar Australia sebagai mata uang berbunga lebih tinggi dibanding Dolar AS, telah sirna.

Seputarforex.com - Pada hari perdagangan terakhir tahun 2017 ini, Dolar Australia berada dalam jalur cepat menuju kenaikan tiga pekan berturut-turut sekaligus mencatat performa terbaiknya dalam tujuh tahun terakhir. Optimisme akan pertumbuhan ekonomi global yang lebih baik, serta harga - harga komoditas yang mengalami peningkatan selama tahun 2017, telah mendukung nilai tukar mata uang berjuluk Aussie ini.

Dolar Australia

 

Performa Aussie Tahun 2017 Cukup Mengejutkan

Saat berita ditulis (29/Desember), Dolar Australia cenderung flat di kisaran 0.7794 terhadap Dolar AS, tetapi masih dekat level tertinggi sepuluh pekan pada 0.7810 yang dicapainya kemarin malam. Data Pinjaman Sektor Swasta dan Pinjaman Perumahan yang dirilis tadi pagi tampil lebih baik dari ekspektasi, masing-masing naik 0.5% dan 0.4% MoM di bulan November; tetapi tak mendorong AUD/USD lebih tinggi di tengah sepinya pasar menjelang pergantian tahun.

Secara keseluruhan, mata uang komoditas ini telah naik lebih dari delapan persen dalam setahun terakhir, atau dengan kata lain, performa Dolar Australia di tahun 2017 merupakan yang terbaik sejak tahun 2010. Menurut Kitco News, ini kejutan bagi banyak analis. Pasalnya, di awal tahun, survey Reuters menyebutkan proyeksi Aussie akan berada pada 72 sen Dolar AS.

Penguatan Dolar Australia yang di luar dugaan, khususnya disebabkan oleh tetap besarnya permintaan China pada berbagai jenis komoditas, meski laju pertumbuhannya termoderasi. Salah satu komoditas yang masih banyak diimpor negeri Panda adalah Bijih Besi, yang merupakan item ekspor paling dominan dari Australia. Apalagi, permintaan China juga mendorong harga Bijih Besi naik dari kisaran $50 per ton ke atas $70 per ton saat ini.

Namun demikian, sejumlah pihak mempertanyakan berapa lama reli penguatan Dolar Australia ini akan berlanjut, mengingat keunggulannya sebagai mata uang berbunga lebih tinggi ketimbang Dolar AS, telah sirna. Selisih premi yang diberikan oleh Obligasi 2-Tahunan Australia dibanding Obligasi serupa yang diterbitkan AS, kini telah merosot hingga nol, dan diperkirakan akan berubah menjadi negatif untuk pertama kalinya sejak tahun 2000.

 

Risiko Perbedaan Suku Bunga AUD vs USD

"Risiko perbedaan suku bunga akan terus bergerak melawan AUD, setidaknya (karena perubahan) pada obligasi-obligasi bertenor lebih pendek," kata Ray Attrill, Pimpinan Strategi Forex di NAB. NAB, yang termasuk empat bank terbesar di Australia, memperkirakan suku bunga AS (FED Rate) akan mencapai 2 persen di pertengahan tahun 2018, atau tepat 50 basis poin lebih tinggi ketimbang suku bunga Reserve Bank of Australia (RBA).

Lanjut Attrill, "Bahkan dengan perbedaan suku bunga sekarang, AUD diperkirakan bergerak lebih rendah ke kisaran $0.70-0.75 di semester pertama (tahun 2018), dengan risiko penurunan (AUD) tergantung pada performa Dolar AS, sentimen risiko, dan harga - harga komoditas secara umum."

281679
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.