EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,335.33/oz   |   Silver 27.67/oz   |   Wall Street 38,085.80   |   Nasdaq 15,611.76   |   IDX 7,062.02   |   Bitcoin 64,481.71   |   Ethereum 3,156.51   |   Litecoin 83.80   |   PT PLN (Persero) segera melantai ke Bursa Karbon Indonesia alias IDX Carbon, dengan membuka hampir 1 juta ton unit karbon, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) meraih fasilitas pinjaman dari Bank BNI (BBNI) senilai $250 juta, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Induk perusahaan Google, Alphabet Inc (NASDAQ: GOOGL), menguat sekitar 12%, mencapai rekor tertinggi di sekitar $174.70, 5 jam lalu, #Saham AS   |   Nasdaq naik 1.2% menjadi 17,778, sementara S&P 500 naik 0.8% menjadi 5,123 pada pukul 18.49 ET (22.49 WIB). Dow Jones Futures naik 0.1% menjadi 38,323, 5 jam lalu, #Saham AS

Breaking News Fed Rate Cut, Investor Emas Masih Fokus FOMC

Penulis

Minggu lalu, harga emas merosot tajam akibat panic selling untuk mendapatkan uang cash. Minggu ini, perkembangan virus corona, FOMC, dan BoJ meeting akan menjadi katalis.

Analisa mingguan XAU/USD berikut dibuat berdasarkan harga penutupan pasar hingga akhir minggu lalu (13 Maret 2020), serta dimaksudkan sebagai acuan untuk trading jangka menengah dan panjang.

 

Tinjauan Fundamental

Setelah sempat menyentuh harga tertinggi sejak Desember 2012 pada level USD1703.18 per troy ounce, harga emas secara di luar dugaan merosot tajam hingga ke level 1504.51, sebelum akhirnya ditutup pada 1528.92. Harga penutupan tersebut lebih rendah 8.65% dibandingkan minggu sebelumnya, dan menjadi yang terendah sejak September tahun lalu. Persentase penurunan mingguan ini juga tercatat sebagai yang tertinggi sejak tahun 1983, dimana pada saat itu penurunan mencapai 9%.

Di awal pekan, penguatan harga emas masih disebabkan oleh dampak pemotongan suku bunga acuan The Fed secara mendadak. Namun, anjloknya harga saham-saham di pasar bursa Amerika Serikat yang sangat tajam menyebabkan investor menjual aset safe haven emas guna mendapatkan uang cash. Ini dilakukan untuk keperluan memenuhi Margin Call (MC) pada instrument trading yang lain, sama seperti insiden dua minggu sebelumnya.

Panic selling investor tidak bisa dibendung, mengabaikan data ekonomi dan keputusan BoE yang juga memangkas suku bunga acuan secara mendadak. Kehancuran pasar saham AS yang tiba-tiba telah memicu aksi jual masif di bursa saham global sepanjang pekan lalu, serupa dengan momen Black Monday Oktober 1987. Hal ini seharusnya menyebabkan emas menguat, tetapi yang terjadi justru sebuah anomali. Kebutuhan akan uang cash telah menyebabkan investor menjual aset apa saja termasuk emas, dan membuat indeks US Dollar menguat tajam hingga ke level 98.8.

Panic selling di pasar saham terjadi menyusul beberapa pengumuman mengenai virus corona di AS, pembatasan perjalanan dari Eropa ke AS untuk membendung virus, dan pengumuman keadaan darurat nasional di AS oleh Presiden Trump.

 

Breaking News

Per hari Senin, 16 Maret 2020 jam 04:00 WIB, The Fed kembali menurunkan suku bunga acuan sebesar 100 basis poin ke level 0 hingga +0.25%, guna mendukung perekonomian AS dari ancaman krisis corona. Langkah The Fed ini mendapat pujian dari Presiden Trump.

Minggu ini, fokus pelaku pasar akan tertuju pada FOMC meeting. Investor akan mencermati kemungkinan adanya stimulus tambahan, proyeksi ekonomi AS, serta pernyataan ketua The Fed Jerome Powell pada konferensi pers. Disamping The Fed, BoJ juga akan mengadakan meeting minggu ini, yang diperkirakan turut menghasilkan pengumuman stimulus tambahan. Jika The Fed dan BoJ dianggap dovish, kemungkinan harga emas akan rebound.

 

Tinjauan Teknikal

Chart Daily

Setelah Panic Selling, Investor Emas

Dari penunjukan Price Action dan indikator trend, pergerakan harga masih cenderung bearish, menyusul koreksi yang terjadi sebagai respon dari divergensi bearish indikator RSI.

  1. Terbentuk 5 bearish bar secara beruntun, menunjukkan sentimen yang sangat bearish.
  2. Penutupan harga terakhir berada di bawah level Pivot Point mingguan.
  3. Harga berada di bawah kurva lower band indikator Bollinger Bands dan di bawah kurva support EMA 89.
  4. Titik indikator Parabolic SAR pindah ke atas bar candlestick.
  5. Kurva indikator MACD berada di bawah kurva sinyal (warna merah), dan garis histogram OSMA berada di bawah level 0.00.
  6. Garis histogram indikator ADX berwarna merah dan berada di atas level 25, menunjukkan sentimen bearish yang masih kuat.

Support kuat ada pada kurva SMA 200-day dan resistance pada level 1562.75 hingga 1578.87 (Pivot Point mingguan).

Level Pivot Point mingguan: 1578.87

Resistance: 1535.78 (38.2% Fibo Retracement) ; 1562.75 ; 1587.50 ; 1599.59 (23.6% Fibo Retracement) ; 1624.60 ; 1635.00 ; 1660.00 ; 1689.20 ; 1703.18 ; 1712.54 ; 1748.07 ; 1777.67 ; 1806.23.

Support: 1516.00 ; 1504.50 ; 1484.65 (50% Fibo Retracement) ; 1459.00 ; 1432.61 (61.8% Fibo Retracement) ; 1400.00 ; 1383.00 ; 1373.00 ; 1358.00 ; 1348.00 ; 1332.44 ; 1319.75 ; 1309.00 ; 1297.00.

Indikator: Simple Moving Average (SMA) 200, EMA 89 ; Bollinger Bands (20,2) ; Parabolic SAR (0.02, 0.2) ; MACD (12,26,9) ; OSMA ; RSI (14) ; ADX (14).

Fibonacci Retracement:

  • Titik Swing Low: 1266.16 (harga terendah 2 Mei 2019).
  • Titik Swing High: 1703.18 (harga tertinggi 9 Maret 2020).

Arsip Analisa By : Martin
292321
Penulis

Martin Singgih memulai trading sejak 2006. Pernah menjadi scalper dan trader harian, tetapi sekarang cenderung beraktivitas sebagai trader jangka menengah-panjang dengan fokus pada faktor fundamental dan Money Management. Strategi trading yang digunakan berdasarkan sinyal dari Price Action dengan konfirmasi indikator teknikal.