EUR/USD 1.077   |   USD/JPY 153.410   |   GBP/USD 1.255   |   AUD/USD 0.662   |   Gold 2,309.44/oz   |   Silver 27.29/oz   |   Wall Street 38,675.68   |   Nasdaq 16,156.33   |   IDX 7,146.11   |   Bitcoin 64,031.13   |   Ethereum 3,137.25   |   Litecoin 81.38   |   Edwin Soeryadjaya diam-diam kembali beli saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) sebesar 2.05 juta lembar, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. (JTPE) mencatatkan pertumbuhan pesanan pembuatan E-KTP pada kuartal I/2024 hingga 13.5 juta unit, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Nusantara Gemilang Tbk. (CGAS) membukukan pendapatan sebesar Rp130.41 miliar pada kuartal I/2024, naik 34.95%, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 naik 0.2% menjadi 5,162, sementara Nasdaq 100 naik 0.1% menjadi 18,019 pada pukul 19:18 ET (23:18 GMT). Dow Jones naik 0.2% menjadi 38,897, 6 jam lalu, #Saham AS

Rupiah Nantikan Susunan Kabinet Jokowi Dan Statement BI

Penulis

Minggu lalu, Rupiah melemah akibat neraca perdagangan RI yang masih defisit. Minggu ini, susunan kabinet pemerintahan Jokowi periode kedua dan Statement BI akan menjadi katalis.

Analisa mingguan USD/IDR berikut ini dibuat berdasarkan harga penutupan minggu lalu (18 Oktober 2019), serta dimaksudkan sebagai acuan untuk trading jangka menengah dan panjang.

 

Tinjauan Fundamental

Minggu lalu, Rupiah ditutup pada level 14144.50 per USD, atau melemah tipis 0.12% dibandingkan harga penutupan minggu sebelumnya. Mata uang Garuda sempat melemah hingga 14194 per USD akibat data neraca perdagangan Indonesia bulan September yang defisit sebesar USD160 juta, lebih rendah dari perkiraan surplus USD100 juta.

Namun di akhir pekan, Rupiah berbalik menguat bersamaan dengan mata uang negara-negara Asia lainnya, akibat merosotnya indeks USD pasca rilis data penjualan ritel AS bulan September. Data tersebut kembali menunjukkan angka negatif -0.3%, terendah dalam 7 bulan.

Rupiah sulit menguat lebih jauh lagi, akibat suramnya prospek ekonomi Asia setelah rilis data pertumbuhan ekonomi China dan inflasi di Jepang. GDP China kuartal ketiga 2019 y/y merosot ke +6.0%, terendah sejak tahun 1992, sementara inflasi Jepang bulan September 2019 y/y anjlok ke +0.2%, terendah dalam 7 bulan terakhir. Pelaku pasar khawatir jika lesunya ekonomi dua negara besar Asia tersebut akan menyeret negara-negara di kawasan ke dalam resesi.

Untuk minggu ini, pelaku pasar akan lebih fokus ke isu domestik pasca pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih Joko Widodo dan Ma'ruf Amin. Perhatian investor akan tertuju pada anggota kabinet pemerintahan Jokowi periode kedua yang rencananya akan diumumkan pada hari Senin ini, terutama pada menteri-menteri yang menangani bidang ekonomi.

Selain itu, minggu ini juga akan kembali digelar Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan suku bunga acuan atau BI 7-day (Reverse) Repo Rate. Sebagian analis memperkirakan jika BI akan mempertahankan suku bunga acuan pada +5.25%, setelah bulan lalu dilakukan pemotongan sebesar 0.25%. Sebagian lainnya memperkirakan BI akan kembali memangkas suku bunga sebesar 0.25% ke +5.00%.

Secara teknikal, Rupiah masih cenderung menguat dengan support pada level 14076 hingga 14055.

 

Jadwal Rilis Data Fundamental

Senin, 21 Oktober 2019:

  • Jam 17:00 WIB: investasi asing di Indonesia kuartal ketiga tahun 2019 quarter over year (q/y): kuartal sebelumnya: +9.6%. Perkiraan: +5.3%.

Rupiah Nantikan Susunan Kabinet Jokowi

 

  • Jam 18:00 WIB: data pertumbuhan kredit bulan Agustus 2019 year over year (y/y): bulan sebelumnya: +9.58%. Perkiraan: +9.30%.

Rupiah Nantikan Susunan Kabinet Jokowi

 

Kamis, 24 Oktober 2019:

  • Jam 14:30 WIB: suku bunga Bank Indonesia bulan Oktober 2019: bulan sebelumnya: +5.25%. Perkiraan: +5.25%.

Rupiah Nantikan Susunan Kabinet Jokowi

 

Data dan peristiwa berdampak dari AS minggu ini: Manufacturing PMI dan Durable Goods Orders.

 

Tinjauan Teknikal

Rupiah Nantikan Susunan Kabinet Jokowi

 

Chart Daily:

USD/IDR cenderung bearish (Rupiah cenderung menguat), menyusul terbentuknya Pin Bar yang terkonfirmasi. Kecenderungan bearish ini juga didukung oleh indikator trend:

  1. Harga kembali berada di bawah kurva SMA 200-day dan di bawah kurva middle band indikator Bollinger Bands.
  2. Titik indikator Parabolic SAR masih berada di atas bar candlestick.
  3. Kurva indikator MACD masih berada di bawah kurva sinyal (warna merah), dan garis histogram OSMA berada di bawah level 0.00.
  4. Kurva indikator RSI berada di bawah center line (level 50.0).
  5. Garis histogram indikator ADX berganti warna merah yang menunjukkan sentimen bearish.

Jika ingin konfirmasi, sell setelah kurva indikator RSI berada di bawah center line (level 50.0).

 

Level Pivot mingguan: 14150.83

Resistance: 14162.45 (61.8% Fibo Retracement) ; 14217.00 ; 14247.50 (level 76.4% Fibo Retracement) ; 14280.00 ; 14312.00 ; 14355.00 ; 14435.00 ; 14475.00 ; 14525.00 ; 14600.00 ; 14650.00 ; 14721.83 ; 14785.00 ; 14930.00 ; 15050.00 ; 15140.00 ; 15200.00 ; 15265.00 ; 15327.00 ; 15400.00.

Support: 14128.97 (50% Fibo Retracement) ; 14076.34 (38.2% Fibo Retracement) ; 14055.00 ; 14000.00 ; 13950.00 ; 13905.00 ; 13835 ; 13720.60 ; 13571.50 ; 13477.80 ; 13401.60 ; 13328.84 ; 13263.00.

Indikator: Simple Moving Average (SMA) 200 dan EMA 55 ; Bollinger Bands (20,2) ; Parabolic SAR (0.02, 0.2) ; MACD (12,26,9) ; OSMA ; RSI (14) ; ADX (14).

Fibonacci Retracement:

  • Titik Swing High: 14355.00 (harga tertinggi 6 Agustus 2019).
  • Titik Swing Low: 13905.00 (harga terendah 13 September 2019).

Arsip Analisa By : Martin
290630
Penulis

Martin Singgih memulai trading sejak 2006. Pernah menjadi scalper dan trader harian, tetapi sekarang cenderung beraktivitas sebagai trader jangka menengah-panjang dengan fokus pada faktor fundamental dan Money Management. Strategi trading yang digunakan berdasarkan sinyal dari Price Action dengan konfirmasi indikator teknikal.

Perlu tukar mata uang ?

Konversi valas ke rupiah atau sebaliknya ?
bisa lebih mudah dengan kalkulator kurs. Temukan disini.