Harga Konsumen China terus meningkat dalam level yang sehat walaupun masih di bawah target yang ditetapkan pemerintah, sementara deflasi yang melanda harga produsen dilaporkan menyempit lebih dari perkiraan. Indeks CPI China meningkat 2.3 persen dalam basis tahunan pada bulan April dan menjadi peningkatan yang ketiga bulan berturut-turut sesuai dengan estimasi para ekonom Bloomberg. Indeks harga produsen jeblok 3.4 persen, lebih kecil dibandingkan perkiraan penurunan 3.7 persen dan penurunan 4.9 persen pada bulan Maret.
CPI China Terdukung Harga Daging Babi
Inflasi yang lebih kuat, yang terdukung oleh harga makanan, bisa memberikan alasan bagi PBoC untuk kembali mereduksi suku bunga acuan Tiongkok, yang sebetulnya sudah berada dalam level rendah. Sementara deflasi pabrik dalam empat tahun terakhir telah melonggar seiring dengan pemulihan pasar properti yang membantu permintaan.
"Ekonomi Tiongkok sedang mengalami peningkatan," kata Ding Shuang, Kepala Riset Ekonomi China di Standard Chartered Plc di Hong Kong. Shuang juga menambahkan bahwa inflasi yang terjadi pada harga daging babi merupakan pendorong utama CPI China. Harga makanan menanjak 7.4 persen dari setahun sebelumnya, demikian yang ditunjukkan oleh Biro Statistik Nasional China hari ini (10/05). Inflasi barang non makanan meningkat 1.1 persen bulan lalu.
PPI Tertolong Spekulasi, Bukan Karena Peningkatan Permintaan
Sementara itu, harga produsen meningkat 0.7 persen dari bulan sebelumnya untuk pertama kali sejak akhir tahun 2013. PPI China meningkat 0.5 persen bulan ke bulan pada bulan Maret. "Akselerasi inflasi PPI dalam bulan terakhir sebagian besar lebih dikarenakan oleh melonjaknya harga baja akibat aliran spekulatif, bukan karena peningkatan permintaan," kata Zhou Hao ekonom Commerzbank AG di Singapura yang dirangkum oleh Bloomberg. Menurutnya, selama permintaan masih lemah, inflasi PPI kemungkinan akan segera melemah.