Advertisement

iklan

Ethereum futures (ETFs) menerima sambutan yang tidak begitu antusias pada hari pertama perdagangan, 6 jam lalu, #Kripto Fundamental   |   USD/CHF naik di atas level 0.9200 setelah data CPI Swiss dirilis, 7 jam lalu, #Forex Teknikal   |   NZD/USD mengikuti tren penurunan menuju level 0.5900, dan sekarang perhatian tertuju pada keputusan kebijakan RBNZ, 9 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Menurut ECB's Lane: kami tidak akan mencapai target inflasi 2% dengan cepat seperti yang kami harapkan untuk mencapai 4%, 9 jam lalu, #Forex Fundamental   |   PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) akan mendapatkan Rp2.3 triliun dari International Finance Corporation (IFC) dan Franke & Company, 14 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) melaporkan produksi migas melampaui target pada semester I/2023, mencapai 162 juta barel ekuivalen minyak per hari (mboepd), 14 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Delta Air Lines (NYSE:DAL) mengatakan pihaknya telah diberitahu oleh salah satu penyedia layanannya bahwa "sejumlah kecil" mesin yang telah dirombak tidak memenuhi persyaratan dokumentasi, 14 jam lalu, #Saham AS   |   Boeing (NYSE:BA) berencana untuk mendorong produksi jet 737 yang paling laris setidaknya 57 per bulan pada Juli 2025, yang mencerminkan peningkatan pesanan dan pemulihan perusahaan setelah krisis 737 MAX, 14 jam lalu, #Saham AS
Selengkapnya

Euro Lesu Menyusul Hasil Pemilu Jerman Yang Mengecewakan

Penulis

Selain karena minim katalis, euro juga masih terlarut dalam kekecewaan terhadap hasil pemilu Jerman yang membuka peluang instabilitas politik jangka pendek.

Advertisement

iklan

Advertisement

iklan

Seputarforex - Euro tertekan sejak pembukaan awal pekan hingga terduduk pada kisaran 1.1680 terhadap USD dalam perdagangan hari ini (28/September). Selain karena minim katalis, euro juga masih terlarut dalam kekecewaan terhadap hasil pemilu Jerman yang membuka peluang instabilitas politik jangka pendek.

EURUSD DailyGrafik EUR/USD Daily via Tradingview.com

Pada pemilu akhir pekan lalu, Partai Sosial Demokrat (SPD) menjadi pemenang dengan perolehan sebanyak 26 persen. Pencapaian itu hanya selisih dua persen dibandingkan Partai Demokrat Kristiani (CDU) yang sebelumnya dipimpin oleh Kanselir Angela Merkel. Untuk mencapai suara mayoritas yang mencukupi guna menduduki kursi Kanselir, SPD maupun CDU perlu menggalang koalisi baru.

Ada beberapa opsi yang tersedia saat ini. Pertama, SPD berkoalisi dengan Partai Green dan Free Democrats (FDP). Kedua, CDU berkoalisi dengan Partai Green dan FDP. Ketiga, SPD dan CDU berkoalisi.

Apabila opsi pertama atau kedua yang terwujud, maka upaya pengesahan kebijakan mendatang bakal alot. Sedangkan jika opsi ketiga yang terjadi, maka pemerintahan akan berlangsung mirip dengan selama pemerintahan Merkel sebelumnya (status quo).

Analis dari BNY Mellon menilai hasil pemilu Jerman pada akhirnya bakal mendukung status quo. Padahal, situasi tersebut bakal mengecewakan para pemain pasar yang mengharapkan stimulus fiskal anyar.

"Olaf Scholz (kandidat kanselir dari SPD -red), yang paling mungkin menjadi kanselir berikutnya, telah menyampaikan harapan agar pemerintahan terbentuk sebelum Natal. Ini dapat dianggap sebagai suatu hasil yang sangat baik meskipun distribusi kementerian final akan semakin meredam harapan untuk tambahan fiskal besar," kata Geoff Yu, pakar strategi FX dan makro dari BNY Mellon.

"Intinya adalah bahwa status quo di Jerman tidak akan cukup bagi Zona Euro untuk mencapai peningkatan kredibilitas dalam bentuk apa pun, karena dompet fiskal kemungkinan akan tetap pelit."

Hal ini dapat berdampak pada euro dalam jangka panjang. ECB mengemban tugas untuk mengangkat inflasi Zona Euro ke kisaran 2 persen secara berkelanjutan. Namun, kebijakan suku bunga rendahnya mengakibatkan pelemahan nilai tukar euro. Oleh karena itu, faktor yang dapat menggugah nilai tukar tersisa pada aspek fiskal saja. Dengan minimnya katalis fiskal, menipis pula harapan bagi euro untuk beranjak keluar dari kebijakan moneter longgar ECB.

"Tak ada kombinasi partai yang akan akan mampu menghasilkan perubahan signifikan dalam hal-hal seperti pembatasan utang dan jika dipikir lagi, pasar benar untuk terus mempertanyakan kemampuan Zona Euro keluar dari disinflasi," tambah Yu, "Dalam situasi saat ini ketika Federal Reserve sudah memajukan rencana normalisasi kebijakannya, EUR/USD mungkin akan kesulitan menemukan momentum pemulihan dalam jangka pendek."

Yu juga mengkhawatirkan skenario lebih buruk di mana pemerintahan Jerman yang baru gagal terbentuk hingga Tahun Baru. Apabila itu terjadi, Jerman mungkin bakal menggelar pemilihan umum lagi pada tempo nyaris beriringan dengan penyelenggaraan pemilu Prancis.

"Dari valuasi hingga data dan politik, penurunan lebih lanjut untuk Zona Euro dan aset-aset Zona Euro itu terbatas. Namun, kekosongan kepemimpinan di negara-negara ekonomi utama Zona Euro akan membahayakan upaya pemulihan selama beberapa bulan mendatang," pungkas Yu.

Download Seputarforex App

296491
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.