Harga minyak Brent Crude terpantau stabil di atas posisi $56 per barel pada hari Rabu ini, dan crude oil AS naik lebih dari $1, setelah saham-saham crude AS mengalami peningkatan hanya di bawah ekspektasi. Sejumlah spekulan memandang kondisi sebagai pertanda bahwa banjirnya suplai minyak saat ini perlahan-lahan mulai mereda.
Namun demikian, perolehan dalam sektor futures harus terpangkas akibat adanya peringatan dari Agen Energi Internasional (IEA) bahwa memadainya produksi minyak global masih dapat membengkak lagi sebelum investasi dipotong secara signifikan demi membatasi output.
"Pertumbuhan suplai pada tahun 2015 dipekirakan belum akan mereda, walaupun berada pada tingkat yang sedikit lebih rendah." demikian diungkapkan oleh Fereidun Fesharaki dari Facts Global Energy dalam catatannya pada Rabu hari ini kepada Reuters. Fesharaki menambahkan bahwa ada kemungkinan pasar akan melemah pada tahun 2015 dan bahkan harga minyak pun akan merosot lagi. Rebound-nya permintaan pun tidak akan bisa menyelamatkan pasar.
Minyak Berlimpah Picu PHK
Menurut IEA, kemerosotan harga minyak akhir-akhir ini telah memicu tindak perampingan tenaga kerja di sejumlah industri termasuk Chevron Corp. dan Royal Dutch Shell Plc. Dua perusahaan multi nasional tersebut mengumumkan telah melakukan pemotongan pengeluaran hingga $40 miliar sejak tanggal 1 November lalu. Investasi-investasi antar industri perminyakan pun melorot hingga $100 miliar tahun ini. Harga minyak Brent futures mengalami penurunan hingga 13 sen ke posisi $56.30 pada pukul 10:34 WIB, setelah melemah hingga $1.91 selama sesi sebelum rilisnya peringatan IEA.
Menurut analisa Reuters, harga minyak diekspektasikan akan menguji level support, dengan Brent crude yang menunjukkan sebuah kesempatan bagus untuk menembus ke bahwa $56.21.