iklan |
iklan |
Indeks Dolar AS (DXY) telah melorot tiga hari beruntun hingga jatuh ke level 97.88 pada perdagangan sesi Eropa hari ini (17/Oktober). Kemerosotan data penjualan ritel kemarin kian menekan Greenback. Namun, laporan pendapatan korporat AS sebenarnya masih mengungguli ekspektasi pakar. Proyeksi pemangkasan suku bunga Fed masih cukup kuat, tetapi jumlah pelaku pasar yang mendukungnya telah berkurang.
Sebanyak 34 perusahaan dari daftar S&P500 telah mengumumkan laporan keuangan kuartal III/2019 hingga saat ini. Earning Scout melaporkan bahwa diantara ke-34 perusahaan itu, terdapat 26 perusahaan yang melaporkan pertumbuhan EPS (Earning per-Share). Banyak perusahaan mencetak pendapatan yang mengungguli ekspektasi, antara lain Blackrock, Citibank, Johnson & Johnson, dan JP Morgan.
Situasi ini merupakan kabar baik bagi perekonomian AS dan outlook nilai tukar mata uangnya dalam jangka menengah-panjang. Kekhawatiran terkait resesi di negeri Paman Sam agaknya masih terlalu dini, karena pendapatan perusahaan-perusahaan S&P500 kemungkinan lebih baik dibandingkan perkiraan awal. Sebelumnya, para analis sempat memperkirakan total pendapatan perusahaan-perusahaan S&P500 akan menurun sekitar 4.0 persen pada kuartal III, setelah mencetak kenaikan 3.0 persen pada kuartal II.
"(Sektor) konsumen tetap sehat dengan pertumbuhan dalam penggajian dan pembelanjaan, dikombinasikan dengan kuatnya neraca (korporat) dan rendahnya tingkat pengangguran," ujar Jamie Dimon, CEO JP Morgan. Namun, ia menambahkan bahwa kuatnya sektor konsumen AS itu diimbangi oleh "pelemahan sentimen bisnis dan belanja modal, kebanyakan diakibatkan oleh risiko geopolitik yang semakin kompleks, termasuk ketegangan dalam perdagangan global."
Pelaku pasar masih memperkirakan Federal Reserve akan memangkas suku bunga lagi dalam rapat tanggal 30 Oktober mendatang. Akan tetapi, Fed Funds Futures menunjukkan bahwa probabilitasnya telah berkurang dari sekitar 90 persen menjadi 78.6 persen. Penyusunan rancangan kesepakatan dagang fase-1 bisa jadi melandasi dinamika ini, selain pendapatan korporat AS yang menangkal isu resesi.
Dalam jangka pendek, fluktuasi nilai tukar Dolar AS kemungkinan akan ditekan oleh perkembangan dalam perundingan brexit, tukar-menukar retorika AS-China, serta publikasi data ekonomi terkini. Namun, Greenback sejatinya masih berstatus sebagai aset safe haven yang akan diincar buyer ketika terjadi gejolak global.