iklan | iklan |
Sejauh ini money management adalah komponen yang paling penting dari sistem trading. Inti money management adalah pengendalian risiko, dan strategi money management yang baik adalah jika risiko bisa ditekan serendah mungkin dengan output yang maksimal. Dalam trading forex money management tidak semudah yang dibayangkan karena faktor risiko di pasar jenis ini memang sangat tinggi.
Berbagai macam strategi telah dicoba untuk diterapkan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing, sehingga tidak ada metode ataupun strategi tertentu yang paling tepat. Salah satu strategi money management dalam trading forex adalah dengan mengacu pada position size, atau ukuran besarnya trade (lot, volume atau quantity). Strategi tersebut lazim dikenal dengan sebutan martingale, anti-martingale dan fixed fractional position sizing . Artikel ini akan mengulas kelebihan dan kekurangan masing-masing strategi tersebut.
Strategi Martingale
Pada abad ke-18, seorang matematikawan Perancis bernama Paul Pierre Levy menciptakan sebuah strategi untuk permainan judi yang ternyata memiliki rating sukses cukup tinggi. Caranya adalah dengan melipat gandakan nilai taruhan setiap kali kalah bertaruh. Idenya, kita hanya membutuhkan satu kali menang untuk menutup semua kerugian. Di atas kertas, strategi ini sangat meyakinkan, tetapi dalam prakteknya bisa menyebabkan uang kita ludes lebih cepat. Masalahnya adalah ketika terjadi kekalahan yang beruntun, modal kita bisa habis sebelum kita mengalami kemenangan.
Bila diterjemahkan dalam trading forex, risiko untuk trade berikutnya kita perbesar setiap kali mengalami loss dengan penyesuaian pada position size-nya (ukuran lot, volume atau quantity). Risk/Reward dari strategi ini cenderung menerapkan rasio 1:1, karena pada intinya metode ini adalah berusaha menutup kerugian secepat mungkin. Dengan demikian, besarnya risiko adalah 50% dari portofolio kita. Hal ini akan menyebabkan Drawdown atau persentasi kerugian kita tinggi.
Berikut ini contoh strategi martingale dalam trading yang bisa bekerja dengan efektif: Diasumsikan balance awal kita $100, Risk/Reward Ratio = 1:1, risiko awal $10 dan akan kita gandakan setiap kali mengalami loss.
- Trade pertama kita profit (win) sehingga balance bertambah menjadi $ 110.
- Dengan kondisi yang sama pada trade yang ke-2, kita loss sehingga balance kembali lagi ke $100.
- Dengan menggunakan strategi martingale, pada trade yang ke-3, risiko kita naikkan menjadi 2 kali:
2 x $10 = $20
Risk/Reward Ratio tetap 1:1. Ternyata kita kembali loss sehingga balance berkurang $20 menjadi $80. - Pada trade yang ke-4, nilai risiko kembali kita naikkan 2 kali menjadi:
2 x $20 = $40
Kita profit, sehingga balance kita bertambah $40 menjadi $ 120.
Contoh berikutnya adalah trading dengan strategi martingale yang berakhir tragis. Asumsi balance awal, Risk/Reward Ratio dan besaran risiko sama dengan contoh sebelumnya.
- Trade pertama kita loss sehingga balance menjadi $90.
- Dengan risiko $20, trade ke-2 juga loss dan balance kita menyusut lagi menjadi $70.
- Pada trade ke-3, risiko kita $40, tetapi lagi-lagi loss. Balance sekarang tinggal $30.
- Untuk menyesuaikan position size dengan perhitungan risiko:
2 x $40 = $80
Dana kita yang sudah tinggal $30 sudah tidak mencukupi lagi, sehingga kita pertaruhkan sisa balance terakhir yang $30. Ternyata loss juga, sehingga tamatlah account kita alias game over.
Seperti kita lihat pada contoh terakhir, hanya dibutuhkan 4 kali trade saja untuk menguras habis dana kita. Oleh sebab itu, banyak trader coach menganjurkan untuk menghindari penggunaan strategi ini, terutama bagi para trader pemula. Alasan utamanya adalah karena dalam menentukan risiko, sistem martingale ini menggunakan pola eksponensial.
(Bersambung)
Komentar : 6