EUR/USD 1.071   |   USD/JPY 156.020   |   GBP/USD 1.253   |   AUD/USD 0.652   |   Gold 2,300.87/oz   |   Silver 26.92/oz   |   Wall Street 38,181.61   |   Nasdaq 15,605.48   |   IDX 7,117.43   |   Bitcoin 58,254.01   |   Ethereum 2,969.78   |   Litecoin 80.10   |   EUR/JPY diperdagangkan lebih tinggi di sekitar 166.00 di tengah membaiknya sentimen risiko, 10 jam lalu, #Forex Teknikal   |   USD/CAD turun ke dekat level 1.3700 di tengah harga minyak mentah yang lebih tinggi, sentimen Risk-On, 10 jam lalu, #Forex Teknikal   |   GBP/USD naik mendekati level 1.2550 dengan ekspektasi pergeseran momentum, 10 jam lalu, #Forex Teknikal   |   USD/CHF tetap berada di bawah tekanan jual di bawah level 0.9150 menyusul data IHK Swiss, 10 jam lalu, #Forex Teknikal   |   PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) optimistis bakal membukukan marketing sales Rp9.5 triliun sepanjang tahun ini, 17 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Starbucks (NASDAQ:SBUX) anjlok 15.9% setelah jaringan kopi ini memangkas proyeksi penjualannya karena membukukan penurunan pertama dalam penjualan dalam hampir tiga tahun terakhir, 17 jam lalu, #Saham AS   |   Saham Amazon.com (NASDAQ: AMZN) naik 2.2% karena hasil kuartalan yang lebih baik dari perkiraan, 17 jam lalu, #Saham AS   |   Pendapatan trivago di Q1 2024 menunjukkan penurunan sebesar 9% YoY, 17 jam lalu, #Saham AS

Harga Minyak Mulai Bergairah Setelah Dolar Melemah

Penulis

Harga minyak mentah berjangka nampak mulai bergairah setelah akhir pekan lalu Amerika Serikat melaporkan bahwa pertumbuhan ekonominya di kuartal II/2016 mengecewakan.

Harga minyak mentah berjangka nampak mulai bergairah setelah akhir pekan lalu Amerika Serikat melaporkan bahwa pertumbuhan ekonominya di kuartal II/2016 mengecewakan. Hari ini (1/8), perbaikan laporan indeks sentimen bisnis China turut menopang harga komoditas emas hitam ini, tetapi kecemasan tentang limpahan surplus masih membayangi.

Harga Minyak - ilustrasi

Di New York Mercantile Exchange (NYMEX), harga minyak WTI berada di kisaran $41.75, sekitar setengah dolar lebih tinggi ketimbang harganya di sesi Asia hari Jumat. Demikian pula harga acuan internasional Brent saat ini sudah merangkak naik kembali ke $43.70 per barel.

 

Dolar AS Roboh Akibat Lambatnya Pertumbuhan

Ekonomi Amerika Serikat pada kuartal II/2016 tercatat hanya membukukan pertumbuhan sebesar 1.2%, jauh di bawah ekspektasi 2.6% dan hanya naik sedikit dari pencapaian kuartal I sebesar 1.1%. Akibatnya, Dolar AS terhantam. Indeks Dolar AS yang merekam kekuatannya terhadap 6 mata uang lain pun roboh dari 96.739 di hari Kamis menjadi 95.530 saja di hari Jumat. Hingga saat berita ini diangkat, indeks tersebut belum beranjak dari kisaran 95an.

Sebelumnya, analis dari bank investasi kawakan Goldman Sachs mengindikasikan bahwa karena tingginya ketidakpastian terkait keseimbangan supply dan demand di pasar minyak sekarang, maka outlook harga minyak jangka pendek pada akhirnya akan lebih digerakkan oleh Dolar AS, mata uang dengan mana komoditas ini diperdagangkan, dibanding oleh fundamentalnya. Situasi saat ini agaknya memperkuat indikasi tersebut.

Di sisi lain, data-data terkait sentimen bisnis China yang dirilis tadi pagi menunjukkan sinyal beragam. Indeks PMI Manufaktur Caixin bulan Juli melonjak ke 50.6 dari 48.6 di bulan Juni, meskipun indeks PMI Manufaktur versi pemerintah tergelincir ke 49.9 dari level ekspansi 50 dimana angka indeks berada di bulan sebelumnya.

 

Limpahan Surplus Minyak Masih Mencemaskan

Positifnya data dari salah satu negeri konsumen minyak terbesar dunia tersebut sedikit meredakan kerisauan di sisi demand minyak, tetapi belum mampu mengentaskan kecemasan akan limpahan surplus.

Sebagaimana dikutip Reuters, analis dari ANZ Bank mengatakan, "Harga minyak naik hari ini, tetapi nampak rapuh karena kekhawatiran tentang oversupply."

Senada dengan itu, pakar dari bank investasi kawakan Barclays mengungkapkan, "Pertumbuhan demand masih lesu dan belum menunjukkan perkembangan signifikan dalam mengurangi kelebihan persediaan minyak (inventori)... Dengan gambaran makroekonomi yang memburuk dan Arab Saudi yang kemungkinan takkan menunjukkan pengendalian diri (dalam menggenjot produksi)..."

Arab Saudi dilaporkan telah memangkas harga minyak light crude-nya untuk pengiriman September bagi wilayah Asia sebanyak $1.30 per barel. Sementara itu, produksi OPEC diproyeksikan mencapai level tertinggi sepanjang masa pada bulan Juli, naik dari 33.31 juta bph menjadi 33.41 juta bph, karena tingginya ekspor Irak.

Tak mau kalah, para produsen minyak di Amerika Serikat pekan lalu kembali membuka sumur-sumur pengeborannya. Pada hari Jumat, Baker Hughes melaporkan bahwa jumlah oil rigs meningkat lagi dari 371 jadi 374. Ini merupakan kenaikan jumlah rig count untuk pekan kelima berturut-turut.

269449
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.