Harga minyak WTI dan Brent reli malam tadi dan berhasil ditutup dalam posisi sedikit lebih tinggi dari sebelumnya berada di rekor level terendah dalam 12 tahun. Namun demikian, kenaikan tipis pada dua harga acuan terpopuler di pasar minyak tersebut tidak dialami oleh semua varian komoditas minyak.
Pada sesi New York, minyak mentah WTI di NYMEX untuk pengiriman Februari diperdagangkan antara 30.29 and 31.75 Dolar AS per barel sebelum menetap pada 31.24 USD. Namun di sesi Asia pagi ini (15/1), WTI menurun ke kisaran 30.87 saat berita ditulis. Sementara harga minyak Brent di Intercontinental Exchange (ICE) mengalami reli yang lebih konsisten dengan ditutup pada 30.97 USD tadi malam, dan kini diperdagangkan di kisaran 31 USD per barel.
Investor masih menekuni data-data perminyakan terbaru rilisan API dan EIA yang menunjukkan masih melimpahnya inventory minyak Amerika Serikat, menjelang publikasi data berikutnya dari Baker-Hughes. Laporan mingguan hitungan tambang minyak (oil rig) AS dari Baker Hughes pekan lalu menunjukkan penurunan jumlah dari 536 ke 516 selama sepekan hingga 1 Januari. Laporan Baker-Hughes berikutnya akan dipublikasikan pada pukul 13:00 ET (GMT-5).
Di sisi lain, produsen minyak Kanada makin menderita akibat ambruknya harga Oil Sands Bitumen (aspal) produksi wilayah Alberta ke 8.35 USD kemarin. Harga aspal memang biasanya lebih murah ketimbang harga minyak mentah jenis lain karena masih harus diencerkan lagi dan dikirim ke pengilangan di AS, tetapi realita rendahnya harga minyak ini makin menyayat produsen-produsen minyak Kanada. Perekonomian Kanada, sebagai salah satu negara yang mengandalkan pemasukan dari komoditas minyak bumi, mulai dilanda berbagai problema setelah harga minyak dunia anjlok dan karenanya hingga kini pun mata uangnya masih berkubang di level rendah.