EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,331.99/oz   |   Silver 27.43/oz   |   Wall Street 38,085.80   |   Nasdaq 15,611.76   |   IDX 7,155.29   |   Bitcoin 64,481.71   |   Ethereum 3,156.51   |   Litecoin 83.80   |   EUR/USD dapat lanjutkan pemulihan selama support level 1.0700 bertahan, 15 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 22 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 22 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 22 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 22 jam lalu, #Saham AS

Minyak Naik, Iran: Terlalu Tinggi Bisa Rugikan OPEC

Penulis

Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh menilai harga minyak di atas $60 akan merugikan OPEC, karena bakal dorong kompetitor untuk genjot produksi.

Seputarforex.com - Harga minyak naik lebih dari satu persen pada perdagangan sesi Amerika tadi malam dan berlanjut hari Rabu pagi ini (22/2) mendekati level tinggi tujuh pekan. Pergerakan tersebut disinyalir berkaitan dengan sinyal optimisme OPEC mengenai upayanya bersama sejumlah negara produsen minyak lain untuk menanggulangi limpahan surplus minyak global. Namun, Menteri Perminyakan Iran menyampaikan pandangan berbeda.

Minyak Naik

 

Saat berita ini ditulis, kontrak minyak mentah berjangka AS untuk pengiriman April naik ke kisaran $54.57 per barel, sedangkan Brent diperdagangkan di sekitar $56.96 per barel. Sebelumnya, kedua harga acuan minyak dunia tersebut masing-masing sempat nangkring di level $54.68 dan $57.31.

 

Lebih Dari 90 Persen Komitmen OPEC Sudah Terlaksana

Sebagaimana diketahui, negara-negara anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan beberapa produsen minyak lainnya termasuk Rusia, tahun lalu telah menyepakati pemangkasan output hingga nyaris 1.8 juta barel per hari (bph) dalam rangka menanggulangi limpahan surplus yang telah mendepresiasi harga selama lebih dari dua tahun. Per Januari, estimasi awal mensinyalir sudah sekitar 80-90 persen dari komitmen tersebut terlaksana.

Terkait dengan itu, Sekjen OPEC Mohammad Barkindo mengatakan pada konferensi di London tadi malam bahwa data bulan Januari menunjukkan ketaatan para partisipan kesepakatan pemangkasan output telah mencapai lebih dari 90 persen. Dengan demikian, inventori minyak dunia selayaknya menurun lebih lanjut tahun ini.

Rusia dan negara produsen Non-OPEC sejauh ini baru memangkas sedikit, tetapi Barkindo menyatakan mereka akan menambah persentase pemangkasan yang dilakukan. Menurutnya juga, semua negara berkomitmen untuk mentaati kesepakatan. Walaupun, ia mengakui bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan apakah kesepakatan yang sedianya akan berlaku selama enam bulan mulai 1 Januari itu perlu diperpanjang atau tidak pada rapat OPEC berikutnya pada bulan Mei.

 

Zanganeh: Harga Di Atas $60 Bisa Rugikan OPEC

Terlepas dari optimisme Barkindo, analis tetap menyikapi aksi OPEC dengan hati-hati.

"Meski pernyataan Barkindo menunjukkan keyakinan pada fundamental pasar, kami menganggap masih ada pertanyaan tersisa, karena Iran nampaknya mensinyalkan kenaikan produksi, bukannya peningkatan ketaatan (pelaksanaan kesepakatan)." ungkap Tim Evans, Spesialis Energi Berjangka di Citi Futures dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters.

Berdasarkan kesepakatan tersebut, Iran memang dikecualikan dari daftar negara yang perlu mengurangi output. Sebaliknya, mereka justru diperbolehkan meningkatkan produksi. Hal ini membuat negeri yang beribukota di Teheran itu terus menggenjot dengan ekspektasi produksi minyak mencapai 4 juta bph pada pertengahan April mendatang.

Pagi ini, Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh mengatakan pada media pasca pertemuan dengan Menteri Energi Rusia Alexander Novak, bahwa harga minyak di atas $60 pada akhirnya akan merugikan OPEC, karena bakal mendorong kompetitor untuk meningkatkan produksi dan memicu penurunan harga jangka pendek.

 

Teknikal Cenderung Bullish?

Di sisi lain, perspektif teknikal di mata sebagian analis justru condong pada kenaikan harga. Fawad Razaqzada, Analis Teknikal dari Forex.com, mengatakan konsolidasi di atas level resisten yang terpatahkan tahun lalu mengindikasikan bahwa harga minyak tengah berjuang untuk break ke atas. Karenanya, "Saya mengantisipasi kedua kontrak minyak (Brent dan WTI) untuk break out dari range-nya akhir-akhir ini dan bergerak lebih tinggi."

Razaqzada tak sendiri. Data posisi trading spekulatif di pasar berjangka AS yang dirilis akhir pekan lalu menunjukkan peningkatan pertaruhan para investor pada minyak hingga mencapai rekor tinggi baru.

277747
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.