EUR/USD 1.074   |   USD/JPY 153.190   |   GBP/USD 1.256   |   AUD/USD 0.658   |   Gold 2,300.29/oz   |   Silver 26.78/oz   |   Wall Street 38,225.66   |   Nasdaq 15,840.96   |   IDX 7,134.72   |   Bitcoin 59,123.43   |   Ethereum 2,988.17   |   Litecoin 80.12   |   Penutupan mingguan GBP/USD di atas 1.2550 dapat menarik pembeli, 26 detik lalu, #Forex Teknikal   |   Pound Sterling bergerak lebih tinggi dengan perhatian tertuju pada NFP AS, 1 menit lalu, #Forex Fundamental   |   Dolar AS melanjutkan pelemahan karena pasar menunggu data pekerjaan utama, 1 menit lalu, #Forex Fundamental   |   USD/CHF kehilangan daya tarik di bawah level 0.9100, menantikan data NFP, 1 menit lalu, #Forex Teknikal   |   Dow Jones Industrial Average ditutup naik 0.85% ke 38,225, S&P 500 juga menguat 0.91% ke 5,064, dan Nasdaq menanjak 1.51% ke 15,840, 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT United Tractors Tbk. (UNTR) menjadwalkan cum dividen pada hari ini, Jumat (3/Mei), 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   BEI menyetop perdagangan saham PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) mulai hari ini, 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Shutterstock, Inc (NYSE: NYSE:SSTK) telah merilis laporan keuangan Q1/2024, melampaui ekspektasi pendapatan dan EBITDA dengan angka $214 juta dan $56 juta, 7 jam lalu, #Saham AS

Naik 5 Persen, Harga Minyak Masih Bergantung Pada OPEC

Penulis

Harga minyak bisa jatuh hingga $35 jika OPEC gagal membuahkan kesepakatan signifikan dalam dua pekan ke depan.

Seputarforex.com - Pada hari Selasa, harga minyak melonjak hingga 5 persen karena bangkitnya harapan akan terwujudnya kesepakatan pemangkasan produksi OPEC yang sebelumnya sempat memudar. Harapan tersebut masih berlanjut hingga Rabu pagi ini (16/11) meski masih ada kekhawatiran kalau kegagalan tercapainya kesepakatan tersebut di akhir bulan ini bisa menjorokkan minyak kembali ke level rendah.

Harga Minyak Masih Bergantung Pada OPEC

 

Upaya Terakhir Sebelum 30 November

Tadi malam dikabarkan bahwa Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al-Falih dijadwalkan akan bertolak ke Doha, Qatar, untuk menghadiri rapat dengan negara-negara produsen minyak lainnya yang diadakan secara informal dalam agenda sebuah forum energi. Pertemuan tersebut dipandang oleh pasar sebagai upaya terakhir negara-negara Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) untuk menyamakan pendapat sebelum finalisasi rencana pembatasan output pada pertemuan resmi di Wina, Austria, tanggal 30 November mendatang.

Dalam sebuah catatan dari analis Commerzbank yang dikutip Reuters diungkapkan, "Jelas bahwa pasar kini melihat ada peningkatan kemungkinan pemangkasan produksi OPEC.... Tak ragu lagi ada tekanan cukup kuat untuk mengambil tindakan karena limpahan surplus tak bisa berkurang dengan sendirinya."

Menyusul kabar tersebut, minyak mentah Brent naik nyaris 5% dan kini diperdagangkan pada kisaran $46.82 per barel. Minyak mentah AS meningkat tak kalah tingginya dan kini berada di sekitar $45.60 per barel. Sebelumnya, baik Brent maupun WTI menyentuh level terendah dalam tiga bulan di hari Senin.

Kabar serangan militan di salah satu jalur pipa penting Delta Niger, Nigeria, juga turut mendorong harga minyak naik. Sementara itu, menurut analis dari Philips Futures Singapura, "Kontrak berjangka yang aktif saat ini (untuk minyak mentah AS) memasuki masa kadaluwarsa. Hari trading terakhir adalah Senin depan, sehingga beberapa trader minyak sudah mulai menutup posisi trading mereka untuk rollover."

 

Peningkatan Ekspor Libya, Inventori AS

Beberapa faktor lain membatasi kenaikan harga minyak kali ini. Pembukaan pelabuhan ekspor Libya dikabarkan berlangsung lancar dan kapal tanker pertama telah meluncur pada hari Senin. Di sisi lain, produksi minyak Libya telah nyaris berlipat dua ke sekitar 600,000 bph dalam beberapa pekan terakhir.

Tadi malam, American Petroleum Institute (API) melaporkan kenaikan inventori minyak mentah AS sebanyak 3.65 juta barel, sebuah kenaikan yang tak terduga setelah meningkat 4.4 juta di pekan sebelumnya. Inventori Gasolin hanya mencatat penurunan sebesar 160,000 barel, sedangkan hasil distilasi justru meningkat 3 juta barel, kenaikan pertama kalinya dalam enam pekan. Ke depan, pasar akan menantikan apakah laporan serupa versi US Energy Information Administration yang akan diterbitkan nanti malam bakal menunjukkan peningkatan lagi seperti minggu lalu.

Pun, keraguan akan tercapainya kesepakatan pemangkasan produksi oleh OPEC belum sepenuhnya sirna. Gary Ross, pimpinan eksekutif PIRA Energy Group, memprediksi harga minyak bisa jatuh hingga $35 jika OPEC gagal membuahkan kesepakatan signifikan dalam dua pekan ke depan. Sebaliknya, bisa pembatasan output berhasil disetujui, maka ada kemungkinan untuk melonjak hingga $60.

276225
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.