Seputarforex - Harga minyak mentah dunia bergerak lemah pada perdagangan hari Rabu (24/Februari), tergelincir dari rekor tertinggi sejak Januari 2020. Pada saat berita ini diturunkan, minyak Brent diperdagangkan pada kisaran $65.06 per barel, sementara pergerakan minyak WTI (West Texas Intermediate) berkisar di $61.28 per barel.
Pergerakan harga minyak mentah mengalami koreksi dari level tertinggi 13 bulan di sesi perdagangan kemarin. Pasalnya, data persediaan Crude Oil (minyak mentah) AS yang dirilis American Petroleum Institute (API) beberapa waktu lalu naik 1.026 juta barel, meleset dari estimasi pasar yang memperkirakan penurunan sebanyak 5.3 juta barel. Sebagai perbandingan, pasokan minyak mentah AS sempat merosot hingga 5.8 juta barel pada periode sebelumnya.
Selain kenaikan persediaan minyak AS, aksi profit taking posisi Long oleh investor juga menjadi katalis yang melatarbelakangi penurunan harga minyak kali ini.
Prospek Harga Minyak Tetap Bullish
Secara umum, harga minyak diperkirakan masih berpotensi menguat dalam jangka waktu ke depan. Salah satufaktor yang menopang harga emas hitam adalah prospek kenaikan permintaan bahan bakar. Perekonomian yang kembali pulih diyakini akan meningkatkan permintaan energi sehingga berimbas terhadap outlook harga minyak.
Bahkan, Goldman Sachs dalam laporan terbarunya menaikkan target harga minyak mentah Brent menjadi $70 di kuartal kedua dan $75 di kuartal ketiga. Forecast ini lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yang menempatkan outlook bullish di $60 untuk kuartal kedua dan $65 di kuartal ketiga.
"Kami sekarang memperkirakan bahwa harga minyak akan naik lebih cepat dan lebih tinggi, didorong oleh prospek kenaikan permintaan energi secara global saat perekonomian di banyak negara berangsur pulih. Selain itu, biaya marginal yang lebih tinggi ikut berkontribusi terhadap kenaikan harga minyak. Setidaknya dalam jangka pendek, harga minyak akan terus menguat," ungkap analis Goldman Sachs.