Harga minyak mentah masih terus mendaki ke sekitar level $50 per barel pada perdagangan sesi Asia pagi ini (5/26) setelah rilis data EIA tadi malam mengkonfirmasi telah terjadinya penurunan besar-besaran dalam persediaan minyak AS. Saat berita ditulis, harga minyak mentah AS berada di kisaran $49.83, sedangkan Brent menduduki $50.08 per barel.
Data dari Energy Information Administration (EIA) yang merupakan bagian pengelola data di Departemen Energi Amerika Serikat menunjukkan terjadinya penurunan sebanyak 4.2 juta barel dalam persediaan minyak AS, sehingga total tertinggal 537.1 juta barel saja dalam sepekan yang berakhir tanggal 20 Mei. Angka-angka itu mengkonfirmasi data API yang dipublikasikan lebih awal, sekaligus merupakan penurunan terbesarnya dalam tujuh pekan terakhir.
Berkurang drastisnya persediaan minyak ditengarai berhubungan erat dengan anjloknya impor minyak. Laporan EIA mengindikasikan impor menyusut 4.7 persen ke 7.3 juta bph pekan lalu.
Dalam laporan yang sama juga tercatat persediaan gasolin meningkat sebanyak 2 juta barel, lebih tinggi dari perkiraan 1.1 juta barel. Namun demikian, persediaan hasil distilasi, termasuk solar, menurun sebesar 1.3 jutra barel.
Para analis yang diwawancarai The Wall Street Journal dan Reuters menilai tren output produksi yang lebih rendah dari ekspektasi akan membawa harga minyak mapan di atas $50 per barel. Namun, apresiasi indeks Dolar yang berada dekat posisi terkuatnya dalam dua bulan terhadap mata uang-mata uang lain berpotensi membatasi reli harga-harga komoditas. Selain itu, permintaan minyak perlu konsisten menguat agar reli harga minyak berlanjut.