EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,335.33/oz   |   Silver 27.43/oz   |   Wall Street 38,085.80   |   Nasdaq 15,611.76   |   IDX 7,115.99   |   Bitcoin 64,481.71   |   Ethereum 3,156.51   |   Litecoin 83.80   |   PT PLN (Persero) segera melantai ke Bursa Karbon Indonesia alias IDX Carbon, dengan membuka hampir 1 juta ton unit karbon, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) meraih fasilitas pinjaman dari Bank BNI (BBNI) senilai $250 juta, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Induk perusahaan Google, Alphabet Inc (NASDAQ: GOOGL), menguat sekitar 12%, mencapai rekor tertinggi di sekitar $174.70, 3 jam lalu, #Saham AS   |   Nasdaq naik 1.2% menjadi 17,778, sementara S&P 500 naik 0.8% menjadi 5,123 pada pukul 18.49 ET (22.49 WIB). Dow Jones Futures naik 0.1% menjadi 38,323, 3 jam lalu, #Saham AS

Kupas Tuntas Intervensi Mata Uang Di Pasar Forex

Penulis

Bank sentral bisa melakukan intervensi secara langsung maupun tidak langsung untuk mengontrol fluktuasi nilai tukar mata uang. Bagaimana penjelasannya?

Salah satu tujuan sebuah kebijakan moneter adalah untuk mengendalikan inflasi. Dengan mengendalikan inflasi, maka bank sentral dapat menjaga perekonomian tetap berjalan pada tingkat yang tidak terlalu rendah ataupun terlalu tinggi. Jadi, begitu bank sentral memberlakukan kebijakan moneter tertentu, seluruh lapisan lembaga keuangan akan mengikuti.

Kebijakan moneter bisa dibuat dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah intervensi mata uang. Maka, tak heran jika pemberlakukan kebijakan moneter oleh bank sentral bisa mempengaruhi pasar mata uang dan perdagangan valas secara umum.

Baca Juga: Memahami Kebijakan Bank Sentral: Suku Bunga, Stimulus, Dan Intervensi

Dari kondisi tersebut dapat disadari bahwa ternyata memiliki pemahaman yang baik mengenai intervensi mata uang itu penting, sebab Anda akan bisa menganalisis pasar lebih baik dan membuat keputusan trading yang lebih bijaksana.

Intervensi Mata Uang oleh Bank Sentral

 

Alasan Bank Sentral Mengintervensi Mata Uang

Meski intervensi mata uang dikenal juga sebagai manipulasi mata uang dan dapat bermakna negatif, namun hal tersebut merupakan salah satu jenis kebijakan moneter yang wajar untuk dilakukan oleh bank sentral.

Pada dasarnya, intervensi mata uang dilakukan oleh bank sentral dengan cara membeli atau menjual mata uangnya sendiri di pasar valuta asing ke mata uang lain. Dengan memperdagangkan sejumlah besar mata uangnya sendiri, bank sentral berharap bisa mengontrol volatilitas dan mempengaruhi nilai tukar atau nilai mata uang tersebut.

Ada dua faktor pendorong yang membuat bank sentral melakukan intervensi di pasar valas. Biasanya, itu terjadi karena bank sentral menganggap ada hal yang urgensi terkait kondisi ekonomi negaranya saat ini. Maka, bank sentral akan merasa perlu memperbaiki keadaan dengan cara intervensi mata uang. Selain itu, tekanan eksternal juga dapat mempengaruhi keputusan bank sentral untuk mengambil tindakan di pasar.

Terkadang, peristiwa keuangan jangka pendek dapat menyebabkan mata uang tertentu bergerak kuat ke satu arah dan memicu bank sentral untuk melakukan intervensi. Pada di titik yang sama, bank sentral akan menyadari bahwa mata uang mereka perlahan-lahan juga tidak sinkron dengan perekonomian negara.

Hal ini menyebabkan adanya depresiasi (penurunan nilai) ataupun apresiasi (peningkatan nilai) mata uang, sehingga dapat berpengaruh terhadap keuntungan negaranya.

Misalnya, negara-negara yang sangat bergantung pada ekspor mungkin menemukan bahwa nilai mata uang mereka terlalu tinggi bagi negara lain untuk membeli barang-barang mereka, sehingga membuat negara tersebut kurang kompetitif di pasar. Akibatnya, bank sentral perlu menurunkan nilai tukar untuk meningkatkan ekspor dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan hal tersebut, maka bank sentral memiliki beberapa tujuan dalam melakukan intervensi mata uang, yaitu: menyediakan likuiditas dan menstabilkan fluktuasi nilai tukar, serta membuat mata uang mereka tetap relevan di pasar sehingga mampu mendukung pertumbuhan negaranya secara positif.

 

Jenis Intervensi Mata Uang

Ada dua jenis yang sering digunakan bank sentral untuk mempengaruhi nilai tukar, yaitu intervensi langsung dan tidak langsung. Apa maksudnya?

 

Intervensi Langsung

Intervensi langsung adalah metode di mana bank sentral membeli atau menjual mata uang nasional mereka. Kita ambil contoh nyata yang terjadi pada 22 September lalu, yaitu intervensi bank sentral pada pasangan mata uang USD/JPY.

Jadi, dalam kejadian intervensi tersebut kita ambil Bank of Japan atau BoJ sebagai bank sentral aktif dengan mata uang domestiknya Yen dan mata uang asing yang ditukar adalah Dolar AS. Pada saat itu, BoJ ingin menaikkan nilai Yen, maka ia harus membeli Yen dengan menggunakan Dolar. Transaksi ini akan menurunkan pasokan Yen di pasar dan menyebabkan nilainya terapresiasi.

Sebaliknya, jika pada saat itu BoJ ingin menurunkan nilai Yen, maka ia harus melakukan kebalikan dari transaksi di atas, yaitu menjual Yen dengan imbalan Dolar. Menurunnya permintaan Yen akan membuat nilainya turun, menyebabkan depresiasi terhadap Yen.

Namun perlu dicatat bahwa Bank of Japan tetap memiliki kekuatan terbatas dalam meningkatkan nilai Yen. Sebab untuk membeli Yen dengan Dolar, BoJ harus memiliki Dolar yang cukup besar untuk ditukar. Kepemilikan aset asing semacam itu disebut cadangan devisa.

Bank sentral biasanya mengakumulasi cadangan devisa mereka dari waktu ke waktu untuk berjaga-jaga bila harus melakukan intervensi mata uang. Jadi, sejauh mana bank sentral sanggup menaikkan nilai mata uangnya, itu tergantung pada jumlah cadangan devisa mereka yang tersedia.

Baca Juga: Apa Itu Yield Curve Control Yang Baru Diumumkan BoJ?

Berdasarkan pada perubahan dasar moneternya, secara garis besar intervensi langsung dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu Sterilized Intervention dan Non-Sterilized Intervention.

 

Sterilized Intervention

Dalam ekonomi makro, sterilized intervention adalah tindakan intervensi oleh bank sentral dengan cara membeli atau menjual mata uang asing untuk mempengaruhi nilai tukar mata uang domestik, tanpa mengubah basis moneter.

Intervensi mata uang memang diperlukan pada waktu-waktu tertentu, namun bukan berarti hal tersebut tidak akan mempengaruhi jumlah uang beredar domestik dan perekonomian secara umum.

Selain menjaga stabilitas nilai tukar, bank sentral juga harus mempertimbangkan dampak intervensi mereka terhadap masalah domestik seperti suku bunga, pertumbuhan PDB, tingkat pengangguran, dan lain-lain. Inilah sebabnya mengapa bank sentral terkadang memilih untuk menggunakan intervensi yang disterilkan.

Sehingga, tujuan utama dari sterilized intervention adalah untuk membuat dampak sementara pada nilai tukar namun juga membiarkan basis moneternya agar tidak terpengaruh. Untuk mensterilkan intervensi, bank sentral harus membeli atau menjual mata uang asing dengan mata uang domestiknya di pasar valas, sekaligus menjual atau membeli counter transaksi yang setara di pasar obligasi domestik.

Jadi, semisal The Fed memutuskan untuk intervensi nilai mata uangnya dan menjual $10 juta di pasar valas, sterilisasi berarti mereka juga akan menjual $10 juta lagi Treasury bond (T-bonds) di pasar obligasi domestik pada saat yang sama.

 

Non-Sterilized Intervention

Sebaliknya, non-sterilized intervention mempengaruhi basis moneter negara dan nilai tukar. Nilai tukar dapat berubah karena pembelian atau penjualan mata uang asing atau perubahan obligasi dengan mata uang domestik. Non-sterilized intervention terjadi ketika bank sentral membuat perubahan dalam persediaan dasar, yang kemudian dapat berdampak pada suku bunga, ekspektasi pasar, dan bahkan nilai tukar.

 

Intervensi Tidak Langsung

Intervensi tidak langsung artinya bank sentral akan melakukan tindakan tertentu yang akan mempengaruhi nilai tukar secara tidak langsung. Intervensi jenis ini membutuhkan waktu lebih lama untuk menunjukkan pengaruhnya terhadap nilai tukar, bila dibandingkan dengan intervensi langsung di pasar forex. Beberapa contoh dari intervensi tidak langsung adalah kontrol modal (membebani transaksi internasional) dan kontrol pertukaran (membatasi perdagangan mata uang).

Baca Juga: Pengaruh Bank Sentral Dalam Pasar Forex



Konteks Sejarah

Intervensi mata uang sebenarnya sudah pernah terjadi beberapa kali, jauh sebelum kejadian intervensi BoJ pada bulan September lalu. Kebijakan moneter ini pertama terjadi pada awal tahun 1920-an, yaitu ketika The Fed memutuskan untuk campur tangan di pasar dengan secara bersamaan membeli emas dan menjual Dolar AS.

Pada tahun-tahun berikutnya, beberapa intervensi serupa pun terjadi, sehingga kebijakan tersebut menjadi lebih umum diadopsi oleh berbagai bank sentral.

Intervensi Mata Uang oleh Bank Sentral

Dalam beberapa kasus khusus tertentu, intervensi mata uang juga digunakan sebagai tindakan kolektif oleh beberapa negara. Salah satu intervensi mata uang terbesar pernah terjadi ketika AS memutuskan untuk mengintervensi kekuatan relatif Yen Jepang pada tahun 2011.

Ini adalah bagian dari gerakan bersama untuk membantu Jepang yang baru saja mengalami gempa besar. AS dan negara-negara G7 lainnya berhasil membantu meningkatkan nilai Yen terhadap Dolar AS sebesar 5% dalam rentang waktu hanya lima hari.

 

Kesimpulan

Secara sekilas, mungkin kebijakan moneter ini terlihat tidak relevan bagi trader forex, karena cenderung membahas tentang bagaimana bank sentral dapat menyelamatkan perekonomian negara dari krisis dan masalah domestik lainnya. Faktanya, memahami konsep intervensi mata uang sangat diperlukan oleh para trader karena bisa sangat mempengaruhi harga mata uang dan dinamika pasar secara umum.

Pergerakan harga yang besar biasanya disebabkan oleh bank sentral "besar" seperti US Federal Reserve, Bank of England, Bank of Japan, dan European Central Bank. Kejadian intervensi mata uang memang bisa menjadi peluang Anda untuk profit besar, namun tetaplah ingat bahwa trading di saat intervensi sedang berlangsung memiliki risiko yang tinggi.

Anda disarankan untuk tidak trading melawan arah arus intervensi, sebab kejadian ini dapat menyebabkan volatilitas ekstrim di pasar forex.

Jika Anda masih bersikeras untuk trading melawan arus intervensi, maka tempatkan stop loss lebih dekat dengan posisi entry dibandingkan kondisi pasar normal. Catatan penting, perhatikan area psikologis, sebab titik-titik tersebut merupakan area harga yang biasa dimasuki oleh para bankir saat mengintervensi mata uang di pasar.

 

Selain intervensi mata uang yang dilakukan bank sentral, manipulasi di pasar forex juga bisa dilakukan oleh sebuah perusahaan besar. Seperti apa skema dan cara menghindarinya? Temukan jawaban lengkapnya di artikel berikut ini.

298322
Penulis

Lulusan Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Menggeluti dunia penulisan sejak bergabung dengan Lembaga Pers Mahasiswa tahun 2009. Mulai tertarik dengan dunia forex dan kripto, setelah lulus kuliah hingga sekarang sembari trading.