Harga minyak mentah berjangka terjungkal di hari Senin (10/08) ini, menyentuh level rendah beberapa bulan setelah mengecewakannya data perdagangan China yang diumumkan di akhir pekan lalu. Ekspor negara ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut tercatat menurun sebanyak 8.3 persen di bulan Juli.
Penurunan harga minyak ini adalah yang terbesar dalam kurun waktu empat bulan terakhir. Angka tersebut juga jauh lebih mengecewakan dibandingkan dengan perkiraan para ekonom yang memprediksi penurunan akan terjadi sebanyak 1.0 persen. Harga produsen pada bulan Juli di negara itu juga melorot ke level yang terendah sejak akhir tahun 2009, selama gejolak krisis finansial global.
Harga minyak mentah Brent turun 24 sen ke harga $48.37 per barel siang hari ini, setelah menyentuh level rendah lebih dari enam tahun di posisi $48.26. Minyak mentah WTI jeblok 21 sen ke harga $43.66 dan merosot ke angka $43.35 di sesi perdagangan sebelumnya, mendekati level rendah lima bulan.
Suplai Dari AS Melimpah
Kedua indeks acuan tersebut telah meluncur turun untuk enam pekan berturut-turut, terseret oleh melimpahnya suplai minyak dan berkurangnya permintaan. Contohnya pada hari Jumat lalu, sebuah perusahaan jasa pertambangan minyak, Baker Hughes, menyatakan kepada Reuters bahwa jumlah pengeboran minyak di AS mengalami peningkatan, sehingga menambah sentimen bearish bagi minyak mentah. Dampaknya, sinyal produksi minyak diperkirakan akan merangkak naik seiring dengan meningkatnya aktivitas pengeboran. Total pengeboran minyak di AS mencapai 32 tambang dalam tiga minggu terakhir.