Seputarforex - Harga minyak mentah melemah signifikan pada perdagangan awal pekan (12/Juni). Minyak Brent ambles sekitar 3.1 persen hingga $72.64 per barel, sementara harga minyak WTI melemah 3.34 persen dari harga Open harian dan diperdagangkan di $67.94 per barel.
Penurunan harga minyak sebagian besar dipicu oleh sikap wait-and-see jelang rapat The Fed pada pekan ini. Pelaku pasar mewaspadai pertemuan FOMC mengingat prospek suku bunga The Fed yang kemungkinan besar bertahan pada level 5.25 persen.
Francisco Blanch dari Riset Global Bank of America mengatakan, "Sentimen bearish masih akan mendominasi pergerakan harga minyak yang berjuang untuk naik sampai The Fed mengurangi pasokan dolar di pasaran… Bagaimanapun bank tetap memperkirakan harga rata-rata minyak Brent sekitar $80 per barel pada tahun 2023."
Pendapat senada dikemukakan oleh Sugandha Sachdeva, direktur eksekutif dan kepala strategi ekuitas di Acme Investment Advisors. Menurut Sachdeva, perhatian utama pasar minggu ini sedang tertuju pada dua katalis yang akan mempengaruhi arah pergerakan minyak selanjutnya, yaitu rilis data inflasi AS pada hari Selasa dan pengumuman kebijakan moneter The Fed pada Kamis dini hari.
Pasar juga kemungkinan akan melihat pernyataan Powell untuk melihat prospek kebijakan The Fed hingga tahun depan. Jika statement Powell bernada hawkish, penguatan Dolar AS berpeluang menekan harga minyak lebih dalam dari posisinya saat ini.
Prospek Permintaan Lesu, Masih Ada Harapan dari Pasokan Minyak Saudi
Terlepas dari antisipasi pasar terhadap pengumuman kebijakan The Fed, meredupnya prospek permintaan minyak China untuk tahun ini juga membebani harga minyak. Pasalnya, China merupakan importir minyak terbesar dunia dan tengah berjuang menghadapi perlambatan ekonomi pada kuartal II/2023.
Di samping itu, peningkatan pasokan minyak Rusia ke pasaran semakin menekan harga minyak yang sudah terjadi sejak beberapa minggu terakhir. Meski demikian, harga minyak masih mendapat dukungan dari langkah Arab Saudi yang berencana memangkas output sebesar 1 juta barel per hari (bph) pada bulan Juli mendatang.