EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,335.33/oz   |   Silver 27.67/oz   |   Wall Street 38,085.80   |   Nasdaq 15,611.76   |   IDX 7,057.02   |   Bitcoin 64,481.71   |   Ethereum 3,156.51   |   Litecoin 83.80   |   PT PLN (Persero) segera melantai ke Bursa Karbon Indonesia alias IDX Carbon, dengan membuka hampir 1 juta ton unit karbon, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) meraih fasilitas pinjaman dari Bank BNI (BBNI) senilai $250 juta, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Induk perusahaan Google, Alphabet Inc (NASDAQ: GOOGL), menguat sekitar 12%, mencapai rekor tertinggi di sekitar $174.70, 5 jam lalu, #Saham AS   |   Nasdaq naik 1.2% menjadi 17,778, sementara S&P 500 naik 0.8% menjadi 5,123 pada pukul 18.49 ET (22.49 WIB). Dow Jones Futures naik 0.1% menjadi 38,323, 5 jam lalu, #Saham AS

Minyak Terkapar Setelah OPEC Tolak Berkomitmen Sebelum Akhir November

Penulis

Sementara itu, sejumlah laporan mengindikasikan bahwa pembatasan output belum diperhitungkan oleh negara-negara OPEC maupun Non-OPEC dalam penyusunan anggaran tahunan mereka.

Seputarforex.com - Harga minyak terus melandai pada perdagangan hari Senin pagi ini (31/10) setelah negara-negara anggota OPEC dan Non-OPEC menolak menyatakan komitmen jelas mengenai rencana pembatasan output sebelum pertemuan resmi di Wina, Austria, akhir bulan depan. Minyak mentah Brent sempat melorot hingga $49.32, walau kini telah beranjak sedikit ke $49.75. Sementara itu WTI merangkak naik ke $48.50 setelah tadi pagi menyentuh $49.25 per barel.

OPEC

Pada hari Sabtu lalu, para pejabat dan pakar dari negara-negara anggota Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan produsen minyak Non-OPEC berjumpa dalam acara konsultasi di Wina, Austria, tetapi hanya mencapai kesepakatan untuk bertemu lagi tepat sebelum pertemuan resmi di kota yang sama pada tanggal 30 November mendatang. Beberapa negara yang hadir dalam kesempatan tersebut diantaranya Azerbaijan, Brazil, Kazakhstan, Meksiko, Oman, dan Rusia.

Sebuah pernyataan bersama yang dirilis pasca rapat hari Sabtu hanya menyebutkan bahwa pertemuan tersebut adalah sebuah "perkembangan positif" menuju pencapaian kesepakatan pembatasan output global pada tanggal 30 November. Pernyataan itu disinyalir merupakan pertanda bahwa negara-negara tersebut masih berupaya menguraikan perbedaan-perbedaan pendapat terlebih dahulu.

Sementara itu, sejumlah laporan mengindikasikan bahwa pembatasan output belum diperhitungkan oleh negara-negara tersebut dalam penyusunan anggaran tahunan mereka, padahal Irak sudah menyatakan menolak memangkas produksinya.

Anggaran Federal Rusia menunjukkan ekspektasi peningkatan output sebanyak 0.7% tahun depan dan pertambahan 0.9% lagi di tahun 2018. Produksi minyak pun diproyeksikan akan naik dari estimasi 544 juta ton tahun ini ke rekor level tinggi 548 juta ton di tahun 2017 serta 553 juta ton di tahun 2018 dan 2019.

Dokumen dari Uni Emirat Arab pun menunjukkan bahwa Kabinet menyepakati anggaran sebesar 48.7 milyar Dirham ($13.3 milyar) untuk tahun 2017, nyaris tak berubah sama sekali dari tahun 2016, mengindikasikan bahwa para pejabat fiskal masih berhati-hati dalam merancang rencana pengeluaran karena tekanan harga minyak murah yang membebani kas negara.

Di sisi lain, Commitment of Traders yang dipublikasikan US Commodity Futures Trading Commission (CFTC) menampilkan penurunan posisi trading Bullish pada kontrak-kontrak options dan futures Minyak Mentah dalam sepekan yang berakhir tanggal 25 Oktober 2016. Ini merupakan kejadian pertama kali dalam lima minggu terakhir.

275585
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.