EUR/USD 1.071   |   USD/JPY 158.190   |   GBP/USD 1.252   |   AUD/USD 0.655   |   Gold 2,333.98/oz   |   Silver 27.47/oz   |   Wall Street 38,239.66   |   Nasdaq 15,927.90   |   IDX 7,078.36   |   Bitcoin 63,113.23   |   Ethereum 3,262.77   |   Litecoin 83.95   |   PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) akan menerbitkan laporan keuangan periode kuartal I/2024 pada hari ini. Pendapatan diprediksi Rp2.67 triliun dengan rugi bersih Rp799 miliar, 16 menit lalu, #Saham Indonesia   |   PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp29.10 triliun per Maret 2024, 21 menit lalu, #Saham Indonesia   |   PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) menyiapkan pelepasan sejumlah aset properti di kawasan Monas kepada investor asing sebagai salah satu persiapan pemindahan pemerintahan ke IKN Nusantara, 21 menit lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 naik 0.1% menjadi 5,1137, sementara Nasdaq 100 naik 0.1% menjadi 17,862, pada pukul 19:09 ET (23:09 GMT). Dow Jones naik 0.1% menjadi 38,489, 22 menit lalu, #Saham AS

Harga Minyak Kian Kisut Ditekan Sentimen Bearish

Penulis

Minyak mentah berjangka Brent terus menurun dalam lima sesi perdagangan terakhir dan kini berada 13.5% lebih rendah dari puncak tertingginya di pertengahan Oktober.

Seputarforex.com - Harga minyak berusaha beranjak di sesi perdagangan Jumat pagi ini (4/November), cenderung stabil setelah merosot lima hari berturut-turut akibat terpaan sentimen negatif yang masih berlangsung hingga kini. Minyak mentah Brent diperdagangkan pada $46.50 per barel, naik tipis 0.3% dari harga penutupan sebelumnya. Sementara minyak mentah WTI merangkak 0.4% ke harga $44.83 per barel.

Harga Minyak - ilustrasi

 

Risiko Tinggi, Pemain Pasar Ramai-Ramai Likuidasi

Meski harga minyak nampak sedikit meningkat, tetapi para trader yang diwawancarai Reuters menyatakan bahwa sentimen pasar jelas Bearish. Minyak mentah berjangka Brent terus menurun dalam lima sesi perdagangan terakhir dan kini berada 13.5% lebih rendah dari puncak tertingginya di pertengahan Oktober. Penyebab dari sentimen ini adalah para trader yang menarik dana-dananya dari minyak mentah berjangka menjelang pemilu presiden AS yang dipandang sebagai risiko tinggi bagi pasar global.

Jefrrey Halley, analis pasar senior di OANDA Singapura, mengatakan, "Saya mengira penggerak utama adalah risiko yang meluap menjelang pemilu minggu depan dan kelanjutan dari likuidasi posisi long."

 

Fundamental Lemah, Oversupply Berlanjut

Selain kerisauan akan hasil pemilu presiden AS mendatang, para trader pun menilai fundamental pasar minyak lemah, dengan persediaan minyak mentah AS meninggu, pertumbuhan permintaan menurun, dan merebaknya keraguan mengenai apakah negara-negara OPEC dan Non-OPEC akan bisa sepakat memangkas produksi akhir bulan ini.

Kenaikan persediaan minyak mentah AS sebelumnya dilaporkan oleh American Petroleum Institute (API), tetapi kemudian divalidasi oleh data resmi yang dirilis oleh Energy Information Administration (EIA). EIA yang merupakan bagian dari Departemen Energi AS mengumumkan bahwa persediaan minyak melonjak lebih dari 14 juta barel, sekaligus mencatat kenaikan inventori terbesar sejak lembaga ini mulai mengumpulkan data di tahun 1982. Hal ini menggarisbawahi kenyataan bahwa oversupply di pasar minyak global masih jauh dari usai.

Sementara produksi minyak tetap di rekor tinggi, bank multinasional Barclays menyatakan bahwa pertumbuhan permintaan amat lesu. "Laju pertumbuhan permintaan di Kuartal III/2016 adalah kurang dari sepertiga (laju pertumbuhan permintaan) kuartal yang sama tahun lalu," demikian disampaikan Barclays dalam nota untuk klien-kliennya.

275963
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.