Advertisement

iklan

AUD/USD bullish menguji garis SMA 200, NFP AS masih ditunggu, 7 jam lalu, #Forex Teknikal   |   IHSG dibuka menghijau pada level 7,144 pada perdagangan hari ini. Hingga akhir sesi I, penguatannya meningkat ke 7,165.54, 8 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Michelle Gass akan gantikan Chip Bergh sebagai CEO Levi Strauss & Co. pada 29 Januari 2024 mendatang, 8 jam lalu, #Saham AS   |   Blackstone Inc. (NYSE: BX) gandeng Digital Realty (NYSE: DLR) untuk bangun empat pusat data hyperscale baru, 8 jam lalu, #Saham AS   |   Posisi PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) sebagai emiten terbesar BEI tersalip oleh PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) yang berhasil catat kapitalisasi pasar sampai Rp1,083 triliun, 8 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Yen Jepang tetap kuat di tengah harapan Pivot BoJ, meski angka PDB lebih lemah, 9 jam lalu, #Forex Fundamental   |   GBP/USD bertahan di bawah level 1.2600 jelang Data NFP AS, 9 jam lalu, #Forex Teknikal   |   NZD/USD kehilangan momentum di bawah level 0.6170, mata tertuju pada Data NFP AS, 9 jam lalu, #Forex Teknikal
Selengkapnya

OPEC Tiba-Tiba Pangkas Output, Harga Minyak Melonjak

Penulis

Harga minyak melonjak lebih dari 5 persen karena keputusan mengejutkan dari OPEC. Untuk menstabilkan pasar, organisasi tersebut mengumumkan pemangkasan minyak hingga 1.6 juta bph.

Advertisement

iklan

Advertisement

iklan

Seputarforex - Harga minyak dunia naik tajam pada perdagangan awal pekan (03/April) setelah OPEC+ memangkas produksi secara tidak terduga. Minyak Brent bergerak menguat 6.2 persen pada kisaran $84.19 per barel, sementara minyak WTI melonjak 6.3 persen hingga $80.45 per barel.

OPEC Tiba-Tiba Pangkas Output

Organisasi Negara Produsen Minyak bersama mitra atau dikenal sebagai OPEC+ mengumumkan akan memangkas output sebesar 1.6 juta barel per hari (bph). Kabar ini mematahkan ekspektasi pasar yang memperkirakan OPEC akan mempertahankan kebijakan produksi pada pertemuan bulan ini.

Dengan pemangkasan 1.6 juta bph, maka secara keseluruhan OPEC telah mengurangi produksi sebanyak 3.66 juta bph. Ini merupakan kelanjutan dari pemangkasan 2 juta bph yang dilakukan pada Oktober tahun lalu. Sementara itu, Rusia secara terpisah juga mengutarakan akan memangkas output 0.5 juta bph dalam waktu dekat.

Menurut sejumlah analis, manuver yang dilakukan OPEC dipicu oleh kemerosotan harga minyak ke level terendah 15 bulan akibat keruntuhan beberapa bank AS dan Eropa. Krisis tersebut memang sempat menimbulkan keresahan terhadap risiko ekonomi dan penurunan permintaan minyak.

Dengan pemotongan output yang baru dilakukan, OPEC telah mendorong pergeseran outlook harga minyak untuk tahun ini. Bank investasi ternama asal AS, Goldman Sachs, baru-baru ini menaikkan perkiraan harga Brent menjadi $95 per barel untuk akhir 2023, naik $5 dari proyeksi sebelumnya.

 

AS Kritik Kebijakan OPEC

Secara terpisah, Presiden Biden mengatakan bahwa upaya OPEC yang melakukan pemotongan produksi tidak disarankan. Ia menegaskan AS justru akan terus berupaya menurunkan harga minyak untuk menekan inflasi yang masih cukup tinggi. Perlu diketahui, Gedung Putih telah melepas cadangan minyak strategis mereka sebanyak 100 juta barel sejak akhir 2022 untuk menjinakkan harga minyak. Pemerintah AS selama ini memang menuding lonjakan harga energi sebagai penyebab kenaikan inflasi.

Download Seputarforex App

299229
Penulis

Pandawa punya minat besar terhadap dunia kepenulisan dan sejak tahun 2010 aktif mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Penulis juga seorang Trader Forex yang berpengalaman lebih dari 5 tahun dan hingga kini terus belajar untuk menjadi lebih baik.