iklan | iklan |
Konsep leverage memang sangat menguntungkan dalam trading forex, tapi juga bisa berbahaya jika Anda kurang berhati-hati dalam menggunakannya, terutama bila Anda menggunakan leverage yang sangat tinggi (over-leverage). Leverage yang tinggi akan menyebabkan margin minimum atau jaminan minimum yang dibayarkan setiap kali transaksi makin sedikit. Disadari atau tidak, resiko leverage sering menyerang pemula yang bercita-cita ingin cepat kaya dari trading.
Leverage tinggi pada dasarnya menguntungkan, karena nilai margin minimum yang Anda bayarkan setiap transaksi semakin sedikit. Contohnya, jika Anda ingin membuka posisi 1 lot pada pasangan EUR/USD dengan leverage 1:1000. Anda hanya membutuhkan Margin sebesar 100 USD. Menarik bukan?
Yah inilah trading forex dengan segala kemudahan dan teknologi pendukungnya saat ini. Banyak broker forex memberikan fasilitas seperti minimal deposit yang sangat kecil ditambah dengan leverage tinggi. Hal ini tentu saja sangat menarik bagi para pemula bermodal kecil. Dengan modal 10 USD dan leverage 1:1000, mereka sudah bisa transaksi forex dengan ukuran besar. Bahkan saat ini, ada broker yang menyediakan leverage hingga 1:3000.
Simak juga: Di Mana Bisa Trading Dengan Leverage Tanpa Batas?
Resiko Leverage Berhubungan Dengan Emosi Trading
Leverage tinggi memang menggiurkan, tapi juga bisa menjerumuskan trader karena berdampak buruk bagi emosi trading. Dengan menggunakan leverage yang kelewat tinggi, trader pemula mudah meremehkan resiko karena "merasa" didukung dengan modal besar untuk membuka banyak posisi. Padahal, semakin besar Volume dan semakin banyak posisi trading, jelas semakin tinggi resiko kerugian yang ditanggung. Inilah yang disebut dengan risiko leverage tinggi.
Masih bingung? Mari simak contoh di bawah ini:
Anggap saja Budi dan Ani baru saja memulai bisnis tradingnya. Budi dan Ani membuka akun pada broker yang sama dan dengan jumlah deposit yang sama pula. Hanya risiko leverage yang digunakan keduanya-lah yang berbeda.
![]()
(Baca juga: Macam-macam Akun Di Forex)
Di akhir trading tersebut, Budi dan Ani sama-sama meraih keuntungan 200 USD. Jadi, jumlah leverage tidak ada pengaruhnya dengan perolehan keuntungan mereka.
(Baca juga: Pips, Lots, Dan Perhitungan Profit)
Suatu saat, posisi Budi dan Ani mengalami floating besar. Mengikuti saran dari beberapa orang, mereka akhirnya melakukan Averaging Minus. Hingga pada suatu ketika, ketahanan dana Budi sudah tidak cukup digunakan untuk kembali menambah posisinya. Ani yang menggunakan leverage tinggi, tentu saja masih bisa menambah posisinya. Mengetahui ini, Ani terus saja menambahkan posisi pada hampir setiap kesempatan.
(Baca juga: Metodologi Averaging Sistem)
Setelah terseret posisi cukup panjang. Budi dan Ani akhirnya berkonsultasi pada ahlinya di forum tanya jawab Seputarforex. Dengan tegas, keduanya diperintahkan untuk Cut Loss semua posisi loss dan memulai kembali belajar lebih banyak lagi soal trading.
(Baca juga: Stop Loss, Hedging, Dan Cut Loss)
Budi yang hanya bisa membuka 3 posisi karena keterbatasan marginnya, hanya mengalami kerugian sebesar 1200 USD. Sementara Ani yang bisa membuka lebih banyak posisi, mengalami kerugian hingga 1500 USD.
Leverage tinggi memberikan Ani kesempatan untuk membuka banyak posisi dan mendapatkan keuntungan lebih. Namun, perlu diingat bahwa posisi yang berlebihan juga bisa berakibat fatal jika salah dalam menganalisa.
Secara psikologis, semakin tinggi leverage, maka Anda akan semakin berani dalam membuka posisi trading. Hal ini disebabkan karena nilai Margin minimum yang Anda pinjam dari broker semakin sedikit. Jika Anda melihat tabel di bawah, hanya dengan modal 10,000 USD saja, Anda sudah bisa trading dengan ratusan bahkan ribuan lot. Mencengangkan bukan? Itulah kekuatan leverage.
(Baca juga: Apa Itu Leverage Dalam Forex?)
Resiko Leverage Tinggi Lainnya
Resiko leverage tinggi lainnya adalah pada saat Anda terkena Margin Call. Margin Call adalah suatu sistem peringatan dari broker yang muncul saat ekuitas saldo nilainya sama dengan Margin yang digunakan. Lalu apa hubungannya leverage tinggi dengan Margin yang digunakan?
(Baca juga: Apa Itu Margin Call?)
Mari kita contohkan bagaimana perhitungannya. Pada contoh kasus ini, akan digunakan contoh seorang trader yang tidak memasang Stop Loss dan hanya menggunakan Margin Call sebagai pengaman. Trader ini menggunakan broker yang level Margin Call dan Stop Out-nya 100%. Contoh akan diambilkan dari kasus Budi dan Ani tadi.
Budi dengan modalnya 3,000 USD dan leverage 1:500 membutuhkan Margin 200 USD untuk membuka posisi sebesar 1 lot pada pasangan EUR/USD. Jika Budi mengalami Stop Out, semua posisinya akan ditutup saat nilai ekuitasnya sama dengan Margin yang digunakan. Karena Budi menggunakan Margin sebanyak 200 USD, maka posisi Budi tersebut akan ditutup saat akun Budi hanya menyisakan dana sebanyak 200 USD.
Memiliki jumlah modal yang sama dengan Budi, Ani memilih untuk menggunakan leverage sebesar 1:3000. Ani tidak tahu akan risiko leverage tinggi, dia trading dengan membuka posisi 1 lot pada pasangan EUR/USD. Untuk membuka posisi ini, Ani hanya membutuhkan margin sebesar 33 USD. Namun karena masih pemula, analisanya berbalik arah. Mengingat broker yang dipilih menetapkan level Stop Out di 100%, maka seluruh posisi Ani akan ditutup saat akunnya hanya menyisakan dana sebesar 33 USD.
Sekarang, semua terserah Anda, ingin menjadi Ani yang memilih leverage setinggi-tingginya, atau menjadi Budi?
Penutup
Setelah pembahasan panjang di atas mengenai resiko leverage tinggi forex, masih berniat menggunakan leverage tinggi saat ini? Baguslah jika Anda menjawab tidak. Leverage tinggi memang hanya sebuah jawaban praktis dalam memperoleh keuntungan lebih dalam pasar forex. Kalau Anda ingin meraih keuntungan dalam trading, pelajarilah hal-hal seperti manajemen resiko, penggunaan Money Management yang baik, dll.
Jika Anda masih memiliki pertanyaan lebih lanjut soal penggunaan leverage, seperti Ani dan Budi, Anda juga bisa langsung bertanya pada ahli kami secara langsung di forum tanya jawab khusus leverage.
Komentar : 3