EUR/USD 1.074   |   USD/JPY 153.190   |   GBP/USD 1.256   |   AUD/USD 0.658   |   Gold 2,300.29/oz   |   Silver 26.78/oz   |   Wall Street 38,225.66   |   Nasdaq 15,840.96   |   IDX 7,134.72   |   Bitcoin 59,123.43   |   Ethereum 2,988.17   |   Litecoin 80.12   |   Dow Jones Industrial Average ditutup naik 0.85% ke 38,225, S&P 500 juga menguat 0.91% ke 5,064, dan Nasdaq menanjak 1.51% ke 15,840, 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT United Tractors Tbk. (UNTR) menjadwalkan cum dividen pada hari ini, Jumat (3/Mei), 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   BEI menyetop perdagangan saham PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) mulai hari ini, 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Shutterstock, Inc (NYSE: NYSE:SSTK) telah merilis laporan keuangan Q1/2024, melampaui ekspektasi pendapatan dan EBITDA dengan angka $214 juta dan $56 juta, 7 jam lalu, #Saham AS

PMI Manufaktur Indonesia Anjlok Ke Terendah Sepanjang Masa

Penulis

Rilis laporan indeks PMI Manufaktur Indonesia oleh Markit Economics dan HSBC pagi ini (2/3) menunjukkan indeks PMI merosot ke level terendah sejak laporan tersebut mulai disusun. Angka indeks jatuh ke 47.50 pada bulan Februari 2015 dari 48.50 di bulan Januari.

Rilis laporan indeks PMI Manufaktur Indonesia oleh Markit Economics dan HSBC pagi ini (2/3) menunjukkan indeks PMI merosot ke level terendah sejak laporan tersebut mulai disusun. Angka indeks jatuh ke 47.50 pada bulan Februari 2015 dari 48.50 di bulan Januari. Angka tersebut lebih rendah dari level rendah sebelumnya, 47.60, yang tercatat di bulan Desember 2014.


PMI Manufaktur IndonesiaData Indeks PMI Manufaktur Indonesia Juli 2012-Februari 2015

Purchasing Managers' Index, atau yang dikenal juga sebagai indeks PMI, adalah laporan ekonomi yang menarik kesimpulan dari survei bisnis, dan mengindikasikan iklim bisnis di sebuah negara dalam satu sektor tertentu dalam periode survei dilaksanakan. Dengan demikian, laporan indeks PMI Manufaktur Indonesia menghadirkan laporan pendahuluan bagi perusahaan, ekonom, dan analis, tentang kondisi sektor manufaktur di Indonesia. Indeks PMI disajikan dalam skala 100 dan median 50, dimana angka dibawah 50 menunjukkan kondisi kontraksi, sedangkan diatas 50 mengindikasikan ekspansi.

Kontraksi Berkelanjutan

Kondisi indeks PMI Manufaktur Indonesia yang telah berada dibawah ambang 50 dalam lima bulan berturut-turut menunjukkan kontraksi berkelanjutan, dan bahkan HSBC mencatat, kecepatannya agak terakselerasi. Output dan pesanan baru (new orders) jatuh paling drastis sejak survei mulai diadakan. Inventori kerja (backlogs) juga jatuh, dan ketenagakerjaan dipangkas lagi. Pemangkasan tenaga kerja ini telah dicatat dalam tujuh laporan indeks PMI terakhir berturut-turut.

Manurut laporan tersebut, penguatan Dolar AS terhadap Rupiah mengakibatkan harga barang impor terus meningkat, sehingga biaya input produksi makin membumbung. Namun demikian, persaingan ketat mengakibatkan perusahaan-perusahaan tak bisa membebankan seluruh kenaikan tersebut kepada konsumen. Permintaan yang lemah, termasuk rendahnya pesanan dari luar negeri, turut memperparah keadaan. Menghadapi tekanan dari berbagai arah, perusahaan-perusahaan nampaknya memutuskan untuk memangkas karyawan.

Rupiah Terus Tertekan

Nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan sepanjang bulan kedua tahun 2015 ini dengan kurs tengah Bank Indonesia tercatat pada 12,863 per Dolar AS pada hari perdagangan terakhir bulan Februari.


Kurs Tengah BIData Kurs Rupiah Bank Indonesia Bulan Januari-Februari 2015

Pelemahan kurs Rupiah ini tak terlepas dari trend regional dan global. Penguatan Dolar AS secara global menekan nilai tukar mata uang negara-negara berkembang, sedangkan perlambatan di beberapa bagian Dunia seperti China, Jepang, dan Eropa, berimbas pada menurunnya permintaan.

Sementara itu, pernyataan-pernyataan Bank Indonesia yang menyertai keputusan suku bunga dua pekan lalu mengindikasikan bahwa bank sentral Indonesia tersebut tidak akan melakukan intervensi selama nilai tukar yang lemah dinilai masih mendukung perbaikan defisit transaksi neraca berjalan. Bank Indonesia telah menegaskan bahwa pihaknya tidak mematok nilai tukar Rupiah pada level tertentu, dan akan membiarkan Rupiah bergerak sesuai dengan nilai fundamentalnya.

Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.