EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,329.82/oz   |   Silver 27.43/oz   |   Wall Street 38,085.80   |   Nasdaq 15,611.76   |   IDX 7,115.69   |   Bitcoin 64,481.71   |   Ethereum 3,156.51   |   Litecoin 83.80   |   PT PLN (Persero) segera melantai ke Bursa Karbon Indonesia alias IDX Carbon, dengan membuka hampir 1 juta ton unit karbon, 6 menit lalu, #Saham Indonesia   |   PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) meraih fasilitas pinjaman dari Bank BNI (BBNI) senilai $250 juta, 7 menit lalu, #Saham Indonesia   |   Induk perusahaan Google, Alphabet Inc (NASDAQ: GOOGL), menguat sekitar 12%, mencapai rekor tertinggi di sekitar $174.70, 7 menit lalu, #Saham AS   |   Nasdaq naik 1.2% menjadi 17,778, sementara S&P 500 naik 0.8% menjadi 5,123 pada pukul 18.49 ET (22.49 WIB). Dow Jones Futures naik 0.1% menjadi 38,323, 14 menit lalu, #Saham AS

Rupiah Menguat, Diperkirakan Akan Terstabilisasi

Penulis

Kurs Rupiah terhadap Dolar hari ini (6/10) melejit. Setelah dibuka di 14,481.50 di pasar uang tadi pagi, Rupiah meroket ke 14,224 per Dolar AS saat ulasan ini ditulis. Sebelumnya, Rupiah sempat menguat akibat lemahnya data ketenagakerjaan AS.

Kurs Rupiah terhadap Dolar hari ini (6/10) melejit. Setelah dibuka pada 14,481.50 tadi pagi, Rupiah meroket ke 14,224 per Dolar AS saat ulasan ini ditulis. Sebelumnya pada hari Senin, Rupiah sempat menguat akibat lemahnya data ketenagakerjaan AS yang membuat banyak pihak mencabut ekspektasi kenaikan suku bunga the Fed dalam tahun 2015.

Kurs Rupiah Menguat

Chart USD/IDR Spot Exchange Rate di Bloomberg tanggal 6 Oktober 2015

The Wall Street Journal melaporkan, penguatan satu hari tertinggi Rupiah dalam lebih dari enam tahun tersebut terjadi setelah para trader berlomba-lomba menutup posisi short-nya terhadap mata uang berlambang Garuda ini.

Selama beberapa bulan terakhir, para trader di pasar uang telah bertaruh melawan Rupiah seiring dengan melambatnya perekonomian China dan berkembangnya spekulasi kenaikan suku bunga the Fed. Akibatnya, nilai tukar Rupiah terhadap dolar merosot hingga 15 persen sejak awal tahun ini. Namun demikian, laporan ketenagakerjaan Amerika Serikat (Nonfarm Payrolls/NFP) akhir pekan kemarin ternyata jauh lebih rendah dari perkiraan. Laporan itu merupakan salah satu bahan pertimbangan utama bagi bank sentral AS untuk menentukan kapan mereka akan menaikkan suku bunga, sehingga buruknya data membalikkan sentimen trader terhadap Dolar AS. Kini diproyeksikan, Fed baru akan menaikkan suku bunga pada tahun 2016.

Di sisi lain, Rupiah telah melangkah jauh dari basis fundamentalnya. Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo sebelumnya telah mengatakan kepada media bahwa nilai fundamental Rupiah hingga akhir tahun harusnya berada pada sekitar 13,300-13,700 per Dolar AS. Hal ini mengindikasikan kondisi overbought yang sudah tidak lagi masuk akal untuk dipertahankan, apalagi bila the Fed ternyata batal menaikkan suku bunga dalam tahun ini. Itu pula nampaknya yang menjadi pandangan pelaku pasar.

Ashley Perrot, dari UBS Global Asset Management mengatakan pada Wall Street Journal, "Jika Rupiah berhenti terdepresiasi, maka (posisi short) itu akan merugikan (trader). Dan ketika (kurs Rupiah) itu berbalik, seperti yang terjadi hari ini, maka (kerugiannya) jadi cukup mahal."

Sementara Kim Kwie Sjamsudin dari Yuanta Securities Indonesia mengatakan pada Bloomberg, "Para investor melihat tanda-tanda Rupiah sudah terstabilisasi dan tidak akan merosot secara signifikan lebih lanjut. Begitu (kurs Rupiah) itu terlihat terstabilisasi, maka orang-orang akan memandang nilai saham-saham Indonesia atraktif."

 

Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.