EUR/USD 1.079   |   USD/JPY 153.520   |   GBP/USD 1.259   |   AUD/USD 0.663   |   Gold 2,319.70/oz   |   Silver 27.47/oz   |   Wall Street 38,726.92   |   Nasdaq 16,156.33   |   IDX 7,135.89   |   Bitcoin 64,031.13   |   Ethereum 3,137.25   |   Litecoin 81.38   |   NFP yang lebih lemah dan sikap dovish Powell dapat merevitalisasi penjual dolar As, 6 jam lalu, #Forex Fundamental   |   USD/CHF melayang di sekitar level 0.9050 jelang pernyataan ketua SNB Jordan, 6 jam lalu, #Forex Teknikal   |   GBP/USD belum berhasil melewati rintangan utama di sekitar level 1.2550, 6 jam lalu, #Forex Teknikal   |   USD/CAD tetap bertahan di bawah level 1.3700, fokus pada pidato the Fed, data IMP Kanada, 6 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Edwin Soeryadjaya diam-diam kembali beli saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) sebesar 2.05 juta lembar, 13 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. (JTPE) mencatatkan pertumbuhan pesanan pembuatan E-KTP pada kuartal I/2024 hingga 13.5 juta unit, 13 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Nusantara Gemilang Tbk. (CGAS) membukukan pendapatan sebesar Rp130.41 miliar pada kuartal I/2024, naik 34.95%, 13 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 naik 0.2% menjadi 5,162, sementara Nasdaq 100 naik 0.1% menjadi 18,019 pada pukul 19:18 ET (23:18 GMT). Dow Jones naik 0.2% menjadi 38,897, 13 jam lalu, #Saham AS

BI Pertahankan Suku Bunga, Longgarkan Makroprudensial

Penulis

Pada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia kemarin (19/5) telah diputuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan pada levelnya saat ini, 7.5%, dengan suku bunga Deposit Facility 5.50% dan Lending Facility pada level 8.00%. Pernyataan yang dirilis oleh bank sentral Indonesia ini juga mengungkap niatnya untuk melonggarkan kebijakan makroprudensial.

Pada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia kemarin (19/5) telah diputuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan pada levelnya saat ini, 7.5%, dengan suku bunga Deposit Facility 5.50% dan Lending Facility pada level 8.00%. Pernyataan yang dirilis oleh bank sentral Indonesia ini juga mengungkap niatnya untuk melonggarkan kebijakan makroprudensial.

 

Bank Indonesia

 

Menurut BI, kebijakan moneter ketat saat ini masih penting agar mendukung pencapaian target inflasi 4±1% pada 2015 dan 2016, serta mengarahkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat dalam kisaran 2.5-3% terhadap GDP dalam jangka menengah. Sementara itu, untuk memelihara momentum pertumbuhan ekonomi, Bank Indonesia akan melonggarkan kebijakan makroprudensial melalui revisi ketentuan Giro Wajib Minimum dan Loan-To-Deposit Ratio (GWM-LDR), ketentuan Loan-to-Value Ratio (LTV) untuk Kredit Kepemilikan Rumah (KPR), serta ketentuan pembayaran uang muka (down payment) untuk Kredit Kendaraan Bermotor (KKB).


Sebelumnya, diketahui bahwa dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama tahun 2015, Bank Indonesia dihimbau oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk memangkas suku bunga. Namun demikian, Gubernur BI Agus Martowardojo menilai kebijakan moneter ketat masih dibutuhkan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dalam kondisi saat ini. Keputusan BI kemarin untuk mempertahankan suku bunga dan melonggarkan makroprudensial bisa dipandang sebagai kompromi karena meski perlambatan ekonomi Indonesia bisa dibilang mengkhawatirkan, tetapi pemangkasan suku bunga tidak memungkinkan disebabkan oleh tingginya inflasi dan defisitnya transaksi berjalan.

Disamping keputusan terkait suku bunga dan makroprudensial, Bank Indonesia dalam publikasi pers-nya juga menyebutkan sejumlah penilaian tentang kondisi ekonomi. Dari sektor eksternal, BI memandang "Pemulihan ekonomi global masih berjalan tidak seimbang dengan risiko di pasar keuangan global yang masih tinggi. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan tidak secepat perkiraan semula seiring lebih rendahnya prakiraan pertumbuhan ekonomi AS dan Tiongkok". Sedangkan dari dalam negeri, meski pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I/2015 melambat, namun BI meyakini pertumbuhan ekonomi akan kembali beranjak naik pada periode-periode mendatang.

Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.