EUR/USD 1.073   |   USD/JPY 153.150   |   GBP/USD 1.254   |   AUD/USD 0.658   |   Gold 2,304.39/oz   |   Silver 26.87/oz   |   Wall Street 38,225.66   |   Nasdaq 15,840.96   |   IDX 7,125.66   |   Bitcoin 59,123.43   |   Ethereum 2,988.17   |   Litecoin 80.12   |   Dow Jones Industrial Average ditutup naik 0.85% ke 38,225, S&P 500 juga menguat 0.91% ke 5,064, dan Nasdaq menanjak 1.51% ke 15,840, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT United Tractors Tbk. (UNTR) menjadwalkan cum dividen pada hari ini, Jumat (3/Mei), 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   BEI menyetop perdagangan saham PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) mulai hari ini, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Shutterstock, Inc (NYSE: NYSE:SSTK) telah merilis laporan keuangan Q1/2024, melampaui ekspektasi pendapatan dan EBITDA dengan angka $214 juta dan $56 juta, 3 jam lalu, #Saham AS

Data AS Buruk Dan Defisit Berkurang, Rupiah Menguat Ke 12,800an

Penulis

Kurs Rupiah terhadap Dolar AS kemarin (16/4) menguat 0.4% dan ditutup pada 12,858 di pasar antar bank di Jakarta. Data di broker IG menunjukkan Rupiah sempat menguat hingga 12,890 sebelum kemudian ditutup pada 12,910. Sedangkan kurs tengah BI menguat ke 12,838 per Dolar AS dari 12,976 di hari sebelumnya.

Kurs Rupiah terhadap Dolar AS kemarin (16/4) menguat 0.4% dan ditutup pada 12,858 di pasar antar bank di Jakarta. Data di broker IG menunjukkan Rupiah sempat menguat hingga 12,890 sebelum kemudian ditutup pada 12,910. Sedangkan kurs tengah BI menguat ke 12,838 per Dolar AS dibanding 12,976 di hari sebelumnya.

 

Kurs Rupiah - ilustrasi

 

Sejumlah faktor mendukung penguatan kurs Rupiah ini, diantaranya laporan surplus neraca perdagangan Indonesia bulan Maret dan terkoreksinya penguatan Dolar AS akibat melemahnya ekspektasi kenaikan suku bunga the Fed.

Badan Pusat Statistik pada hari Rabu melaporkan bahwa neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 1131.6 juta Dolar AS pada bulan Maret 2015, level tertinggi sejak akhir 2013. Sejalan dengan itu, proyeksi defisit neraca berjalan Indonesia yang mengkhawatirkan pun turut membaik. Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara, pada hari Kamis mengatakan bahwa defisit neraca berjalan menciut ke 1.6% dari GDP pada kuartal pertama tahun 2015 ini. The Jakarta Post menyebutkan, jika angka tersebut akurat, maka defisit neraca berjalan jauh lebih rendah dibanding estimasi awal BI yang memperkirakan defisit 2% dari GDP. Menyusutnya defisit ini dengan sendirinya berpotensi meningkatkan kepercayaan investor, mengingat defisit neraca berjalan yang tinggi merupakan salah satu kelemahan terbesar Rupiah.

Lebih lanjut, Adityaswara memprediksi tekanan terhadap Rupiah akan mengendur dan nilai tukar akan makin stabil dalam bulan-bulan mendatang. Ia menegaskan bahwa BI akan tetap berada di pasar untuk melindungi Rupiah, tetapi lebih berhati-hati dalam mengintervensi. Fokus BI, katanya, adalah stabilisasi, karena akan lebih baik bagi BI untuk tetap hati-hati dan konservatif dalam menentukan kebijakan moneternya.

Sedangkan para analis memprediksi bahwa membaiknya defisit neraca berjalan akan membuka kesempatan bagi BI untuk memangkas suku bunga dan dengan demikian mendorong pertumbuhan. Analis dari Barclays, Citibank, HSBC, dan Nomura, memprediksi BI kelak akan memangkas suku bunga setidaknya 25 basis poin, sedangkan Credit Suisse memperkirakan pemotongan 50 basis poin dari level suku bunga saat ini 7.5%.

Di sisi lain, ekspektasi terkait kenaikan suku bunga the Fed dalam tahun 2015 ini masih menjadi faktor utama yang diamati para pemain pasar. Data-data AS yang dirilis pekan ini, termasuk Housing Starts, Building Permits, dan Jobless Claims, meleset dibawah ekspektasi, sehingga memukul Dolar AS. Sementara itu, komentar dari anggota FOMC Dennis Lockhart dan Stanley Fischer menimbulkan kesan bahwa meski suku bunga the Fed akan dinaikkan dalam tahun 2015, tetapi mereka ragu keputusan tersebut bisa diambil pada bulan Juni. Akibatnya, Dolar AS pekan ini mengalami koreksi hebat diantara mata uang-mata uang Dunia dan memberi mata uang lainnya kesempatan untuk menguat.

 

Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.