Laporan-laporan terkait kondisi ekonomi Indonesia yang dipublikasikan di awal bulan Juni ini kembali menampilkan performa mengecewakan.
Laporan Purchasing Managers' Index (PMI) untuk sektor Manufaktur Indonesia dari Markit Economics/HSBC pagi tadi (1/6)menunjukkan angka indeks meningkat meski masih dibawah ambang 50. Angka indeks tercatat pada 47.10 di bulan Mei, naik tipis dari 46.70 pada bulan sebelumnya. Meski angka indeks secara keseluruhan meningkat, tetapi komponen indeks masih mengindikasikan kemerosotan iklim bisnis dalam sektor manufaktur Indonesia. Output, order baru, dan ketenagakerjaan masih terus tertekan, sedangkan aktivitas purchasing anjlok.
Data PMI Manufaktur Indonesia Juni 2014-Mei 2015
Menurut ekonom Pollyanna de Lima dari Markit, tidak ada indikasi bahwa sektor manufaktur akan membaik dan terstabilisasi dalam waktu dekat. Lebih dari itu, ia menyebut sektor manufaktur semakin menyeret perekonomian, meningkatkan risiko akan semakin terkontraksinya GDP Indonesia di kuartal kedua tahun 2015.
Sedangkan inflasi Indonesia bulan Mei 2015 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dilaporkan kembali naik 7.15% (yoy) atau 0.5% (mom). Ini berarti laju inflasi sejak awal tahun secara konsisten terus meningkat.
Data Inflasi Indonesia Juni 2015-Mei 2015
Menurut laporan BPS, inflasi disebabkan oleh kenaikan harga pada semua golongan pengeluaran, dengan peningkatan terbesar dialami oleh kelompok bahan makanan. Komoditas yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah cabai merah, daging ayam ras, telur ayam ras, bawang merah, bawang putih, tarif listrik, dan lain-lain.
Data PMI Manufaktur dan Inflasi kali ini mengacu pada tekanan yang meningkat terhadap permintaan domestik (domestic demand), apalagi setelah impor bulan April dilaporkan turun secara year-on-year. Akan tetapi menjelang bulan Ramadhan dan lebaran dalam dua bulan mendatang, permintaan domestik kemungkinan akan sedikit meningkat, meski inflasi bisa jadi akan naik sesuai dengan siklus musiman. Ke depan, Pemerintah juga diharapkan akan menggiatkan kembali pembangunan infrastruktur dan belanja negara yang tersendat pada kuartal pertama.